Sidang Isbat Awal Ramadhan 1443 H Gunakan Rukyatul Hilal, Ini Penjelasannya

ADVERTISEMENT

Sidang Isbat Awal Ramadhan 1443 H Gunakan Rukyatul Hilal, Ini Penjelasannya

Rosmha Widiyani - detikEdu
Senin, 14 Mar 2022 20:30 WIB
Petugas Masjid Al-Musyariin melihat posisi hilal (bulan sabit muda) menggunakan teropong untuk menentukan 1 Ramadhan 1441 H di Jakarta Barat, Kamis (23/4/2020). Berdasarkan pantauan hilal di beberapa daerah, Kementerian Agama menetapkan 1 Ramadhan 1441 H jatuh pada Jumat (24/4/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA
Jakarta -

Sidang isbat awal Ramadhan 1443 H/2022 M kembali digelar Kementerian Agama (Kemenag). Seperti tahun-tahun sebelumnya, sidang isbat menggabungkan hasil perhitungan hisan dan pengamatan rukyatul hilal.

"Selain data hisab (informasi), sidang isbat akan merujuk pada hasil rukyatul hilal (konfirmasi) yang dilakukan Tim Kemenag pada 78 lokasi di seluruh Indonesia," tulis rilis Kemenag yang diterima detikEdu pada Senin (14/3/2022).

Apa itu rukyatul hilal untuk menentukan awal Ramadhan?

Dikutip dari situs Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, rukyatul hilal adalah melihat dan mengamati hilal langsung. Pengamatan dilakukan pada hari ke 29 atau malam ke 30, dari bulan yang sedang berjalan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hilal adalah bulan sabit muda sangat tipis pada fase awal bulan baru. Melihat hilal dengan mata telanjang sesungguhnya sangat sulit, karena kerap bias dengan cahaya matahari atau gelap bila sedang mendung.

Untuk melihat hilal, biasanya posisi bulan harus berada dua derajat di atas matahari. Syarat lainnya adalah jarak elongasi dari matahari ke arah kanan atau kiri. Semakin lebar maka makin mudah melihat hilal langsung.

ADVERTISEMENT

Jika hilal terlihat, yang biasanya dibantu teleskop, maka pada malam itu dimulai tanggal satu bulan baru. Namun jika hilal tidak, maka malam itu adalah tanggal 30 bulan yang sedang berjalan. Malam berikutnya dimulai tanggal satu bagi bulan baru atas dasar istikmal (digenapkan).

Kemenag dalam rilis sebelumnya menjelaskan perubahan kriteria penentuan awal bulan Hijriah. Kriteria mengacu pada hasil kesepakatan Menteri Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada 2021.

"Perubahan yang saya maksudkan ini adalah dalam penentuan awal hijriah secara hisab. Secara rukyat, proses konfirmasi akan tetap kita lakukan saat menjelang awal Ramadan, awal Syawal, dan awal Dzulhijjah," kata Kasubdit Hisab Rukyat dan Syariah Ditjen Bimas Islam, Ismail Fahmi.

Kriteria awal bulan (hilal) Hijriah awalnya adalah ketinggian dua derajat. Kriteria dilengkapi dengan elongasi 3 derajat dan umur bulan 8 jam. Penentuan hilal diubah menjadi ketinggian tiga derajat dan elongasi 6,4 derajat.

Kesepakatan ditandai penandatanganan surat bersama ad referendum terkait penggunaan kriteria baru MABIMS di Indonesia mulai 2022. Perubahan ini mungkin akan berdampak pada perubahan awal Ramadhan dan Zulhijah 1443 H dan Safar 1444 H.




(lus/lus)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads