Liar, Buas, Berbahaya, tapi Kenapa Ikan Hiu Diburu Manusia?

ADVERTISEMENT

Liar, Buas, Berbahaya, tapi Kenapa Ikan Hiu Diburu Manusia?

Anatasia Anjani - detikEdu
Kamis, 16 Des 2021 12:00 WIB
Ilustrasi ikan hiu
Kenapa ikan hiu diburu manusia meski buas dan berbahaya? Foto: Getty Images/iStockphoto/lindsay_imagery
Jakarta -

Ikan hiu dikenal sebagai predator unggul yang cerdas dan bergerak cepat. Meski begitu, ikan hiu terus diburu manusia dengan berbagai cara. Berburu hiu tentu menjadi pekerjaan yang sangat berisiko.

Kenapa ikan hiu diburu manusia?

Mahasiswa Pascasarjana prodi Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) Mohamad Saeful Hidayat, menjelaskan mengapa ikan hiu diburu. Dia melakukan risetnya di Kabupaten Sangihe dan Kabupaten Sitaro (Siau-Tagulandang-Biaro) Sulawesi Utara.

Berdasarkan hasil temuan Saeful, hiu diburu karena nalayan skala kecil di dua kabupaten tersebut menjadikan hiu sebagai target utama dan tangkapan sampingan. Misalnya di Pulau Batuwingkung di Kabupaten Sangihe yang sudah turun menurun menangkap hiu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Komoditas perikanan hiu di sana memiliki nilai ekonomis tinggi, terutama sirip, jika dibandingkan dengan komoditas ikan lainnya seperti kakap dan kerapu," ujar Saeful.

Saeful juga menjelaskan jika para nelayan menggunakan alat tangkap rawai hanyut untuk menangkap hiu dengan ikan kakap dan kerapu sebagai umpannya. Sedangkan di Kabupaten Sitaro, para nelayan menangkap hiu hanya sebagai sampingan, mereka lebih memilih ikan kakap dan kerapu sebagai target utama.

ADVERTISEMENT

Lalu nelayan di nelayan di Kecamatan Tagulandang dan Biaro, Desa Buang menggunakan alat tangkap satu mata kail (handline) sehingga hiu yang tertangkap jumlahnya lebih sedikit dibandingkan nelayan di Batuwingkung.

"Kumboreng Menehe merupakan jenis hiu yang paling banyak didaratkan pada kedua kabupaten. Jika merujuk kepada buku identifikasi hiu, Kumboreng Menehe ini diduga merupakan spesies Carcharhinus sorrah. Tetapi ada spesies hiu lainnya yang mirip dengan jenis tersebut sehingga identifikasi secara molekuler diperlukan untuk memvalidasi hal tersebut," ujar Saeful.

Lebih lanjut Saeful menjelaskan jika alasan lainnya adalah karena identifikasi secara konvensional terkendala dengan hilangnya ciri diagnostic/spot character yaitu sirip pada beberapa individu Kumboreng Menehe.

"Selain Kumboreng Menehe terdapat jenis hiu lainnya yang didaratkan seperti Prionace glauca, Chiloscyllium punctatum, Alopias pelagicus (Papahi/Layyang), Isurus oxyrinchus (Maskita), Galeocerdo cuvier," kata Saeful.

Sementara itu, pada bulan Agustus-Desember merupakan musim puncak penangkapan hiu. Saeful menjelaskan jika satu nelayan dapat menangkap hingga 7 ekor.

"Pada saat penelitian dilakukan, nelayan Batuwingkung banyak menangkap hiu di perairan sekitar Para dan Nenung (dekat dengan Kabupaten Sitaro) karena arus sedang bergerak ke bawah. Tetapi ada kalanya nelayan di sana menangkap hiu di perairan Pulau terluar dekat dengan perbatasan Filipina Selatan, seperti Pulau Marore, Matutuang, Kawaluso dan Nusatabukan," ujar Saeful.

Menurut para nelayan pada tahun 2002-2007, mereka tidak mendapatkan hiu sama sekali. Hal tersebut dikarenakan angin El Nino yang menyebabkan hiu bermigrasi.




(atj/row)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads