Penelitian ini menyajikan hubungan antara emisi karbon kumulatif, pemanasan global, dan naiknya permukaan laut. Ketiganya diperlukan sebagai bahan analisis komprehensif untuk rentang waktu multiabad hingga multimilenium, di bawah skenario pemanasan dan emisi karbon yang berbeda-beda, dalam skala global.
Pada abad ini, proses dinamis dan termodinamika kompleks akan mendominasi evolusi sementara permukaan laut. Sedangkan titik stabil respons permukaan laut dalam visi milenium ditentukan dengan titik stabil ekspansi laut dan es yang masih bertahan di bumi yang lebih panas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Studi mengenai proyeksi kenaikan permukaan laut ini mengindikasikan bahwa jutaan orang perlu dilindungi dengan infrastruktur yang baru atau justru bermigrasi.
Mereka yang Paling Rentan
Studi ini menunjukkan, secara kasar ada 5,3% (1,8%-9,6%) populasi global atau 360 (120-650) juta orang yang kini tinggal di bawah garis pasang.
Sesuai yang ditetapkan Perjanjian Paris, batas suhu 2 derajat celsius akan menghasilkan kenaikan permukaan laut global 4,7 meter dan mengancam dua kali lipat jumlah orang.
Sementara, untuk suhu 4 derajat celsius yang berkelanjutan, batas atas dampaknya adalah 10.8 meter dan mampu mengancam rumah satu miliar orang atau 15% populasi global saat ini, plus lingkungan dan bangunan kultural di dalamnya.
Sebagai perbandingan, 2,5%-3,0% orang atau sekitar 170-200 juta orang kini tinggal di area yang diperkirakan akan berada di bawah garis pasang pada tahun 2100.
Asia Timur, Tenggara, dan Selatan menghadapi dampak keseluruhan paling besar, baik pada abad ini maupun selanjutnya.
Pada faktanya, sembilan dari sepuluh negara paling berisiko adalah dari Asia. Hasil ini didapat melalui persentase populasi tahun 2010 yang tinggal di wilayah terancam sesuai, dengan tolok ukur kenaikan permukaan laut yang digunakan dalam penelitian ini.
Berdasarkan seluruh rentang waktu yang masuk dalam pengukuran, maka lebih dari 75% populasi global yang berisiko ada di Asia. Ini lebih besar dari fraksi yang mendiami Asia secara keseluruhan.
Bangladesh dan Vietnam menjadi yang paling digarisbawahi karena lebih dari setengah populasi di sana berada di bawah garis pasang dalam jangka panjang, bahkan meskipun pemanasan dibuntu pada 2 derajat celsius.
Di waktu yang sama, setiap benua berpenduduk, kecuali Australia, ada di posisi 20 teratas. Masing-masing dipimpin Mesir, Inggris, Amerika Serikat, Argentina (atau Brasil, berdasarkan total, bukan persentase).
Sebaliknya, China menjadi yang paling beruntung. Dengan proyeksi pemanasan global 4 derajat celsius, ada sekitar 40 juta orang yang terancam, tapi tidak ketika skalanya diturunkan menjadi 2 derajat celsius.
Dengan skenario pemanasan yang sama, terdapat penurunan risiko hingga setidaknya 30% untuk lebih dari setengah negara-negara pesisir. Seluruhnya, kecuali sepuluh negara, mengalami penurunan setidaknya 10%.
Tempat-tempat di Dunia Paling Terancam
Banyak negara-negara pulau yang berukuran kecil, mendapatkan kerentanan yang jauh lebih tinggi.
Menggunakan skenario pemanasan 4 derajat celsius, Kepulauan Cocos, Maldives, Kiribati, Kepulauan Marshall, Kepulauan Cayman, Tokelau, Tuvalu, dan Bahama memiliki masa depan di mana tempat tinggal bagi lebih dari 90 persen penduduknya, akan ada di bawah rata-rata garis pasang dalam rentang multiabad. Sementara, dengan proyeksi 2 derajat celsius, masing-masing dari mereka masih menghadapi risiko 80 persen.
Kendati demikian, tak seperti negara-negara kepulauan ini, sebagian negara yang paling dipertaruhkan adalah mereka yang juga berinvestasi besar pada pembangkit listrik tenaga batu bara.
Empat dari lima negara teratas, yakni China, India, Vietnam, dan Indonesia menambahkan kapasitas batu bara mereka di lima tahun terakhir, 2015-2019. Sederet negara ini sekaligus menjadi lima teratas yang menderita paparan kenaikan permukaan laut dalam jangka panjang.
20 Negara Paling Rentan Tenggelam di Dunia:
Klik halaman selanjutnya untuk membaca