11 Contoh Teks Artikel serta Langkah-langkah Penulisannya

ADVERTISEMENT

11 Contoh Teks Artikel serta Langkah-langkah Penulisannya

Olivia Sabat - detikEdu
Jumat, 17 Sep 2021 18:30 WIB
Worried woman reading bad news in a newspaper sitting on a couch in the living room at home
Contoh-contoh teks artikel yang dapat dipelajari (Foto ilustrasi: iStock)

7. Pascawisuda Mau ke Mana?

Menjadi lulusan perguruan tinggi dengan gelar akademik yang disandang merupakan kebahagiaan tersendiri dari sederet perjalanan akademik bagi seorang mahasiswa dalam dunia akademik. Selebrasi atas keberhasilan perjuangan akademik itu patut untuk dirayakan dengan penuh rasa syukur, gembira, dan gegap gempita. Minimal ia telah berhasil melalui satu tahapan dari sekian tahapan akademik yang menyertai selama berjuang menjadi seorang mahasiswa.

Meski harus diakui prosesi wisuda bukanlah tahapan akhir dari perjalanan akademik yang bersangkutan, sebaliknya merupakan babak baru dalam mengarungi kehidupan nyata di lapangan, yang tentunya berbeda dengan dunia kampus selama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam konteks kesarjanaan sudah tentu hal yang dicari setelah lulus adalah pekerjaan, terutama pekerjaan kantoran. Menganggur mungkin kata yang paling menyakitkan bagi para sarjana. Para sarjana akan berusaha melamar pekerjaan ke sana kemari dengan bermodalkan selembar ijazah hanya untuk melekatkan status karyawan atau PNS. Tapi banyak juga yang menganggur karena tidak mendapat pekerjaan "kantoran".

Lantas pertanyaan selanjutnya, apakah kuliah dipersiapkan untuk pekerjaan yang sifatnya "kantoran"? Apakah gelar sarjana berkontribusi membuat para sarjana malu bekerja selain "kantoran"? Asumsi dasar seperti inilah yang perlu kita luruskan bersama.

ADVERTISEMENT

Kuliah bukan mutlak untuk pekerjaan, tapi kuliah mutlak untuk mencari ilmu pengetahuan. Sedangkan pekerjaan tidak mesti mengikat dengan gelar kesarjanaan. Sarjana akan berusaha mendapatkan kerjaan "kantoran" meskipun tidak sesuai dengan gelar kesarjanaan, yang pada akhirnya tidak ada produktivitas yang berarti dari pekerjaan yang digelutinya dan prestasinya akan terus menerus menurun.

Kondisi ini sudah tentu merugikan para sarjana itu sendiri akan hal disiplin ilmunya yang tak terpakai dan terus terikat pada suatu kondisi di mana dia tidak dapat berkreativitas.

Bila dipahami bersama, para sarjana setelah lulus tidak lagi mencari pekerjaan, tapi "menciptakan" pekerjaan di mana para sarjana dapat berkontribusi mengurangi pengangguran bukan justru menambah pengangguran. Namun tidak perlu diartikan salah bila berkesempatan menjadi karyawan atau PNS setelah kuliah.

Yang disayangkan adalah para sarjana yang hanya mengandalkan selembar kertas bertanda tangan rektor untuk pekerjaan dan tidak mau mengandalkan daya pikir dan kreativitas untuk pekerjaan lainnya, wirausaha misalnya.

Bagi para sarjana akademisi sejati mereka akan terus melakukan penelitian sesuai terapan bidangnya bahkan melanjutkan jenjang pendidikan ke yang lebih tinggi. Penelitian-penelitian tersebut akan dibukukan dan dijadikan hak cipta. Itu hanya akan ada bagi para sarjana yang berpikiran forward vision. Jadi semua pilihan ada pada para sarjana, tergantung cara berpikir, konsep, perencanaan para sarjana tersebut. Pascawisuda mau ke mana? Anda yang menentukan!

Bagi sebagian orang, lulus studi seringkali menjadi sebuah ironi, menghadirkan kebanggaan dan kegelisahan sekaligus. Membawa kebanggaan karena tercapaikan target studi dengan baik dan sempurna, namun tidak jarang memunculkan kegelisahan karena dihadapkan pada pilihan ketidakpastian akan apa yang mesti dilakukan setelah lulus dari studi.

Kegelisahan, kebingungan, kegamangan, dan ketidakpastian ini terutama disebabkan oleh ketidaksiapan sebagian lulusan perguruan tinggi dalam menghadapi babak baru dari kehidupannya pascastudi. Selain itu, bisa juga disebabkan kurangnya wawasan, motivasi ,dan kepercayaan diri dalam menghadapi kompetensi di dunia kerja dan dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Bayangan akan sempitnya peluang kerja dan banyaknya pengangguran di negeri ini menjadi momok yang menghantui pikiran para lulusan baru (fresh graduates). (selengkapnya di https://news.detik.com/kolom/d-5713139/pascawisuda-mau-ke-mana)


8. Menuju Pariwisata Berdaya Dukung Lingkungan

Setelah kasus Covid 19, Indonesia kembali menjadi perhatian dunia internasional. UNESCO meminta pemerintah untuk menghentikan proyek pembangunan infrastruktur pariwisata di Taman Nasional Komodo. Pembangunan tersebut dianggap dapat merusak lingkungan dan mengganggu habitat Komodo. Bahkan belum melakukan kajian mengenai dampak lingkungan.

Permintaan UNESCO disambut pro-kontra di dalam negeri. Aktivis lingkungan merasa mendapatkan angin segar, sedangkan Gubernur NTT menyatakan pembangunan sudah mempertimbangkan semua aspek termasuk lingkungan.

Pemerintah perlu menjadikan teguran UNESCO sebagai warning dalam pengelolaan wisata alam. Pengelolaan wisata alam harus berorientasi kelestarian ekosistem dibandingkan tujuan ekonomi semata. Kelestarian akan menjaga keberlanjutan daya tarik wisata alam sehingga keuntungan ekonomi akan terus bertahan. Namun apabila pengembangan tanpa mempertimbangkan lingkungan maka keuntungan hanya dapat dirasakan dalam jangka pendek.

Indonesia dijuluki sebagai zamrud khatulistiwa karena memiliki keindahan alam dan keanekaragaman hayati. Julukan tersebut membuat beberapa objek wisata menjadi tujuan turis luar negeri. Pulau Bali, Wakatobi, Raja Ampat, Lombok, Labuan Bajo, atau Bunaken adalah contoh objek wisata kelas dunia. Modal given ini pengelolaaannya harus diperlakukan seperti sumber daya yang tidak dapat diperbaharui.

Sebelum adanya pandemi COVID-19, pariwisata memegang peran penting dalam perekonomian di Indonesia. Data Kementerian Pariwisata menunjukkan bahwa sektor pariwisisata berkontribusi 4,8% kepada Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2019. Tenaga kerja sektor pariwisata mencapai 12,7 orang atau 10% dari total penduduk yang bekerja.

Selain itu, jumlah penerimaan devisa negara tidak dapat dianggap sebelah mata. Pada 2018, devisa sektor ini mencapai Rp 229 triliun rupiah. Kondisi ini membuat banyak pihak ingin mengambil manfaat ekonomi dari sektor pariwisata.

Pengelolaan wisata perlu mempertimbangkan daya dukung dalam mendukung turis yang berkunjung. Definisi daya dukung adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya (UU nomer 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).

Ekosistem yang menjadi daya tarik wisata alam mempunyai batasan tertentu untuk mendukung kegiatan wisata. Apabila batasan tersebut terlampaui, maka dapat merusak dan mengganggu ekosistem.

Pembangunan infrastruktur pariwisata bertujuan untuk menarik minat sehingga meningkatkan kunjungan jumlah turis. Peningkatan dikhawatirkan menambah tekanan terhadap lingkungan hidup. Selain itu, pembangunan akan mengalihfungsi lahan yang seharusnya memiliki fungsi lindung seperti penyerapan air atau pencegahan longsor. Pembangunan infrastruktur pariwisata harus dikaji lebih detail terutama dampaknya terhadap lingkungan.

Pemerintah seharusnya tidak hanya melihat kuantitas pengunjung sebagai indikator keberhasilan pengelolaan sektor pariwisata. Jumlah turis yang berlebihan dapat berakibat negatif seperti kerusakan alam, flora-fauna stres, atau timbulnya sampah. Apabila kondisi tersebut dibiarkan akan mengurangi kenyamanan dan menyebabkan kecewa turis yang berkunjung.

Selain itu, jumlah turis yang terlalu banyak tanpa diimbangi oleh pengawasan juga akan berdampak negatif. Lemahnya pengawasan dapat menimbulkan perilaku turis tidak bertanggung jawab. Vandalisme atau kegiatan yang melanggar aturan sering terjadi di obyek wisata. Apalagi setelah adanya media sosial, banyak turis hanya sekadar mengikuti tren tanpa mempertimbangkan dampaknya.

Dua kerugian utama apabila wisata alam dieksploitasi tanpa memperhatikan daya dukung. Pertama, manfaat ekonomi akan berkurang karena jumlah turis berkurang akibat kerusakan atau hilangnya daya tarik alam. Masyarakat akan kehilangan sebagian pendapatannya dan pendapatan asli daerah (PAD) menurun.

Kerugian kedua adalah hilangnya keindahan alam dan keaneragaman hayati. Kegiatan turis dkhawatirkan mengganggu habitat flora-fauna langka. Apalagi komodo yang merupakan hewan purba dan hanya terdapat di Pulau Komodo. Hal ini yang menjadi keresahan utama aktivis lingkungan hidup.

Terdapat beberapa contoh kawasan wisata yang mengalami penurunan fungsi ekosistem akibat masifnya kunjungan turis. Cladio Milano dalam bukunya Overtourism dan Tourismphobia menceritakan dampak negatif masifnya turis di Venesia. Jumlah kunjungan yang berlebihan menyebabkan merusak pemandangan dan fondasi gedung bersejarah. Maladewa mengalami permasalahan sampah akibat meningkatnya jumlah turis sedangkan lahan untuk pengolahan sampah terbatas. (selengkapnya di https://news.detik.com/kolom/d-5707610/menuju-pariwisata-berdaya-dukung-lingkungan)

Selanjutnya contoh teks artikel "Benarkah Guru Santai dengan PJJ?">>>



Simak Video "Video: Suasana Pecah Saat Denny Cagur Melawak di Depan Mendikdasmen"
[Gambas:Video 20detik]

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads