Sebanyak 13 seniman dari dalam dan luar negeri merespons tema 'Krisis' dengan berbagai perspektif melalui karya seni rupa. Karya dari belasan seniman itu dipresentasikan dalam Crisis Visual Art Exhibition di Jimbaran Hub, Kuta Selatan, Badung, Bali.
Pameran seni internasional kali ke-11 itu menyuarakan keberlangsungan bumi dari krisis alam dan kemanusiaan. Tak hanya menyoroti ketimpangan pembangunan di Bali, karya para seniman itu juga menaruh perhatian terhadap isu krisis lingkungan hingga kemanusiaan di Indonesia dan dunia.
"Ada pesan kesadaran yang ingin disampaikan secara kritis. Bagaimana membangun kesadaran, menjaga bumi ini menjadi lebih baik," kata kurator Crisis Visual Art Exhibition Yudha Bantono saat konferensi pers di Jimbaran Hub, Sabtu (26/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para seniman dalam negeri yang terlibat pada pameran itu, antara lain Made Wianta, Made Bayak, Gilang Propagila, Jango Pramartha, Tjandra Hutama, Wayan Upadana, dan Arkiv Vilmansa. Ada juga seniman asal Australia seperti Paul Trinidad, Jon Terry, Jerremy Blank, Antony Muia, Vladimir Todorovic, dan seniman asal Swiss Stephen Spicher.
Yudha mengatakan karya seni yang dipamerkan dalam ajang tersebut berupa lukisan, patung, video, hingga instalasi. Selain seni rupa, sejumlah musisi juga akan merespons isu sosial, budaya, lingkungan, kemanusiaan, dan lainnya selama kegiatan berlangsung. Menurut Yudha, rekam jejak para seniman juga diperhatikan dalam proses kurasi karya.
"Karena dari awal memang disodorkan (tema) krisis. Beberapa seniman memang sejak awal terlibat dengan gerakan-gerakan tolak reklamasi atau lainnya. Jadi, bukan sekedar dihadirkan, tapi dari sisi kuratorial, kami melihat track record seniman," ujarnya.
Masing-masing seniman merespons isu krisis itu dengan beragam perspektif. Gilang Propagila, misalnya, memotret tema tersebut dari masifnya pembangunan dan alih fungsi lahan pertanian yang mengakibatkan kerusakan alam di Bali.
Ada pula yang merespons krisis kemanusiaan yang sedang menjadi isu global. Misalkan terkait krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, Palestina.
"Kita harus aware dengan kerusakan global, khususnya di Bali. Penggundulan tebing, hutan, sampah plastik, itu ingin diingatkan kembali oleh seniman. Ada juga isu kemanusiaan, yang sebetulnya kita juga mengalami krisis kemanusiaan," kata Yudha.
Crisis Visual Art Exhibition dibuka bertepatan dengan dimulainya Jimbafest 2024. Adapun, pameran terbuka untuk umum dan akan berlangsung selama sebulan dari 26 Oktober-26 November 2024.
Sementara itu, selebrasi Jimbafest 2024 dimulai hari ini mulai pukul pukul 17.00 Wita hingga Minggu (27/110/2024). Jimbafest akan dimeriahkan oleh sejumlah musisi Tanah Air. Mulai dari Bagus Wirata, Dialog Dini Hari, Joni Agung & Double T, Millennials, Painful by Kisses, Scared of Bums, dan Soulfood.
Lalu, ada Arjuna Nakal, Galiju, Goldvoice, Lorong Madness on the Block, Nyonya Ayu, Sourmilk, The Boldness, The Adams, Soulvibe, hingga Pamungkas. Ada pula pertunjukan dari Dwiki Dharmawan yang akan berkolaborasi bersama Neida Aleida dan para musisi senior Bali.
(iws/iws)