Air terjun setinggi sekitar tiga meter itu terus menumpahkan tirta ke sebuah kali dengan lebar sekitar empat meter. Air mengalir di antara bebatuan kali berdiameter sekitar satu meter. Suara air mengalir membuat telinga saya relaksasi dari keramaian Kota Denpasar.
Air terjun yang bersembunyi di balik hutan di Desa Jatiluwih, Tabanan, Bali, itu bernama Yeh Hoo. Untuk mencapai objek wisata itu, saya perlu menyusuri jalan setapak sejauh 250 meter dari pintu masuk berupa sebuah warung dengan tempat parkir kendaraan.
Saya melihat hijaunya sawah di jalan setapak menuju Air Terjun Yeh Hoo. Gunung Batukaru tampak gagah berdiri dari jalur menuju objek wisata tersebut. Udara dengan sinar matahari pagi membuat trekking pada Sabtu (13/4/2024) saat itu terasa menyenangkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selepas menyusuri sawah, pemandangan akan berganti dengan beragam tumbuhan. Jalur susur juga berganti dari tanah bebatuan dengan tangga besi yang sudah dibangun swadaya oleh warga setempat.
Selain melalui tangga besi, saya juga melewati tangga dari semen dengan pegangan bambu yang sudah usang. Suara serangga menemani saat menyusuri jalan setapak menuju Air Terjun Yeh Hoo.
![]() |
Setelah sekitar 10 menit berjalan, saya sampai di Air Terjun Yeh Hoo. Saya bergegas menaruh tas di sebuah dipan kayu. Tempat duduk seluas dua meter persegi itu dinaungi sebuah atap seng.
Dua tempat ganti baju berdinding seng berada sekitar dua meter dari dipan tersebut. Atap tempat ganti baju itu terpal dan hanya beralaskan tanah.
Byurrrr! Saya langsung melompat ke dalam kali tersebut. Menyusurinya hingga mendekati air terjun.
Udara pegunungan ditambah dinginnya air, membuat saya sedikit menggigil. Namun, setelah berendam beberapa menit, tubuh mulai terbiasa. Keringat setelah menyusuri jalan setapak hilang dibasuh tirta itu.
Bebatuan di dasar kali membuat telapak kaki seperti dipijat refleksi. Saya hanya meringis saat kaki menginjak bebatuan yang tajam. Namun, saya tetap mandi dan berfoto dengan latar air terjun.
Pengelola Air Terjun Yeh Hoo, Putu Raka, mengungkapkan air terjun itu ditemukan oleh keluarganya 15 tahun silam. Namun, tangga besi untuk memudahkan pengunjung menuju objek wisata itu baru dibuat oleh keluarganya lima tahun lalu.
"Jalan ini dibuat swadaya oleh keluarga saya," ungkap perempuan berusia 47 tahun tersebut.
![]() |
Raka menerangkan untuk biaya perawatan jalan setapak maupun kebersihan di Air Terjun Yeh Hoo para turis lokal dewasa dikenakan biaya Rp 5 ribu dan anak-anak Rp 3 ribu. Adapun, pelancong asing dewasa dikenai tarif Rp 10 ribu dan anak-anak Rp 5 ribu. Pungutan itu ditarik di pintu masuk jalan setapak menuju air terjun tersebut.
Raka menerangkan salah satu pantangan adalah pelancong yang menstruasi dilarang renang di kali tersebut. Selain itu, nenek dua cucu itu juga rutin mebanten (menghaturkan sesaji) di Air Terjun Yeh Hoo. "Biar selamat," ujarnya.
Selesai mandi dan berfoto, saya kembali ke penginapan. Saya kembali menyusuri jalan setapak dengan celana yang basah karena lupa membawa celana ganti.
Dari Air Terjun Yeh Hoo, saya sependapat bahwa Jatiluwih tidak hanya sawah dan subak (sistem irigasi tradisional sawah di Bali). Para pelancong bisa main ke air terjun tersebut dan berolahraga dengan menyusuri jalan setapak ratusan meter jika ingin mencoba sensasi baru saat pelesiran ke Jatiluwih.
(gsp/iws)