Sandiaga Sebut Rencana Kenaikan Tarif VoA Masih Digodok

Sandiaga Sebut Rencana Kenaikan Tarif VoA Masih Digodok

Tim detikBali - detikBali
Minggu, 18 Jun 2023 08:06 WIB
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin ketika ditemui di Nusa Dua, Badung, Bali pada Sabtu (17/6/2023) malam.
Foto: Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno ketika ditemui di Nusa Dua, Badung, Bali pada Sabtu (17/6/2023) malam. (Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Badung -

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyebut rencana kenaikan tarif Visa on Arrival (VoA) atau Visa Kunjungan saat ini tengah digodok. Sebelumnya, beredar wacana tarif VoA naik sekitar tiga kali lipat.

Untuk diketahui, tarif VoA saat ini sebesar Rp 500 ribu. Sejak tahun lalu, disebut-sebut tarif itu bakal naik menjadi Rp 1,5 juta. Ditanya soal itu, Sandi menyebut pemerintah masih menghitung.

"Masih melihat branch mark dengan negara-negara lain," kata Sandi di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (17/6/2023) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sandi menyebut, pemerintah saat ini lebih memprioritaskan kunjungan wisatawan-wisatawan asing yang berkualitas. Meski, target kunjungan tetap naik.

"Tapi, sekali lagi tujuan kami adalah wisatawan yang berkualitas. Kalau untuk Bali sendiri adalah pariwisata berbasis budaya yang berkualitas dan bermartabat,"sambungnya.

ADVERTISEMENT

Dia melanjutkan target wisatawan ke depan bakal naik cukup tinggi, yakni 14,3 juta kunjungan.

"Jadi, kita harus betul-betul kerja dengan kolaboratif, inovatif dan adaptif," imbuhnya.

Sebelumnya, Sandi meminta agar pengawasan diperketat hingga penyebaran Do's and Don'ts (kewajiban dan larangan) untuk turis asing lebih masif di Bali. Ini sebagai langkah mengatasi maraknya ulah turis asing yang mengganggu ketertiban hingga masuk ranah pidana.

Sandi menyebut pariwisata yang dibutuhkan saat ini adalah pariwisata berkualitas dan berkelanjutan.

"Kami juga lagi mencoba meningkatkan jumlah wisatawan ke angka 8,5 juta yang di mana Bali ditargetkan 4,5 juta kunjungan," ucap Sandi.

Sehingga, diperlukan peningkatan pengawasan, sosialisasi, dan edukasi dengan penyebaran Do's and Don'ts mengingat ulah nyeleneh wisatawan juga terjadi di seluruh dunia karena mereka ini hanya segelintir.

"Kalau kita berbicara empat juta wisatawan yang datang kesini mungkin yang bermasalah itu masih dalam hitungan yang sangat kecil persentasenya," terangnya.

Sehingga, ia berpesan agar pengawasan, hingga penyebaran Do's and Don'ts harus disampaikan secara lugas. Terutama tentang tindakan bagi yang berulah dan melanggar hukum sehingga mendapatkan efek jera.

"Sementara yang sebetulnya karena ketidaktahuan mereka kami akan sosialisasikan dan kami bina," sebutnya.




(hsa/hsa)

Hide Ads