Sebanyak 583 pohon bonsai mengikuti kontes yang berlangsung di Taman Kota Tabanan mulai hari ini hingga Sabtu (5/11/2022) mendatang. Di antara bonsai-bonsai peserta kontes, ada yang harganya cukup fantastis. Mencapai miliaran rupiah.
"Pendaftarannya sejak Sabtu hingga Minggu kemarin ada 583 pohon," ujar Ketua Persatuan Pecinta Bonsai Indonesia (PBBI) Cabang Tabanan, I Wayan Supra Nanda, Senin (31/10/2022).
Bonsai yang dikonteskan tersebut merupakan milik para penghobi yang sebagain besar dari Bali. Ada juga partisipan dari luar Bali seperti beberapa wilayah di Jawa Timur seperti Lumajang, Mojokerto, Banyuwangi, dan Madura.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari wilayah timur, ada peserta yang berasal dari Nusa Tenggara Barat, khususnya dari Sumbawa. "Kebetulan di Sumbawa, bonsai lagi ramai-ramainya," imbuhnya.
Ia menjelaskan, hari ini merupakan tahap penilaian yang akan berlangsung sampai dengan besok. Kemudian pada Rabu (2/11/2022), kontes bonsai ini akan dibuka secara resmi sekaligus sebagai pameran.
Lima ratus lebih bonsai tersebut akan dikonteskan pada beberapa kategori. Mulai dari tahap awal yang disebut prospek. Kemudian berlanjut secara bertahap yakni pratama, madya, utama, hingga bintang.
"Di kategori bintang, (bonsai yang dikonteskan) sudah tidak ada rekam jejak faktor manusia. Pertumbuhannya sudah alami. Bekas kawat untuk membentuk cabang dan ranting sudah hilang seiring pertumbuhan batangnya. Dan bonsai di kategori ini jangan ditanya lagi harganya. Biasanya tidak dijual," ungkapnya.
Ada larangan untuk peserta kontes, apa itu?
Supra Nanda menambahkan, selain sebagai hiburan dan memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Tabanan yang ke-529, kontes bonsai ini juga untuk mengkampanyekan gerakan membuat bonsai sembari menjaga kelestarian lingkungan.
"Dulu, pada masanya, banyak penghobi yang membuat bonsai banyak cara mendongkel tanamannya yang besar-besar di alam liar. Ini misi kami di PBBI untuk menyudahi itu semua dengan mendorong budidaya. Entah itu stek atau cangkok. Karena mendongkel di alam justru merusak lingkungan atau habitat asli tanaman itu sendiri," jelasnya.
Karena itu, tren bonsai kini telah bergeser pada ukuran yang lebih kecil dengan ketinggian di rentang sepuluh sampai 30 sentimeter. "Arahnya sekarang lebih banyak lewat budidaya," sebut Supra Nanda.
Budidaya ini, sambungnya, mulai diterapkan untuk segala jenis tanaman yang dibonsai. Mulai dari Sentigi, Sancang, Jeruk Kingkit, Anting Putri, serta tanaman dari keluarga Ficus atau beringin.
![]() |
"Populasi Sentigi itu sekarang itu sudah sedikit. Meski tidak akan punah, tapi untuk menjadi pohon yang besar dan akarnya kuat menahan tanah di kawasan pantai, ia perlu waktu puluhan sampai ratusan tahun," ungkapnya.
Menurutnya, dengan peralihan tren bonsai dari segi ukuran ini juga lebih cepat dari sisi bisnis. Karena proses pembuatannya dari stek atau cangkok lebih cepat dan gampang. Tinggal merawatnya dan faktor lamanya perawatan. "Dan harganya juga tidak murah," ungkapnya.
Itu sebabnya, menurut Surpa, kalau menyinggung harga bonsai pastinya relatif. Selain itu, pada umumnya, bonsai yang telah berulang kali kontes harganya pasti mencapai ratusan juta sampai miliaran rupiah.
"Kalau sudah kategori bintang jangan ditanya harga lagi. Biasanya yang punya tidak akan menjualnya," pungkasnya.
Simak Video "Rayakan HUT RI Ke-77, PPBI Parepare Gelar Pameran Bonsai"
[Gambas:Video 20detik]
(hsa/dpra)