Ikan channa atau ikan gabus saat ini sedang naik kasta. Ikan yang semula lebih dikenal sebagai ikan konsumsi kini menjadi ikan hias. Penghobi ikan channa pun menjamur. Hal itu terbukti dari antusiasme peserta Tabanan Channa Contest yang berlangsung di Gedung Kesenian, I Ketut Maria, Tabanan, dari Jumat (26/8/2022) hingga Minggu (28/8/2022).
Sebanyak 140 ikan channa atau ikan gabus hias dilombakan dalam helatan tersebut. Menariknya, harga ikan yang ikut serta dalam Tabanan Channa Contest bahkan ada yang mencapai Rp 17 juta!
"Kalau yang kontes dan sering menang biasanya ada sertifikat atau pialanya. Harganya sudah pasti lebih mahal. Ada yang sampai Rp 17 juta. Ada juga yang seharga Iphone 11. Yang termurah itu paling sekitar Rp 30 ribuan," kata Komang Agus Widi Sastrawan (34) selaku ketua panitia Tabanan Channa Contest.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus menjelaskan, peserta kontes yang memperebutkan Piala Bupati Tabanan ini tidak hanya diikuti oleh penghobi ikan Channa dari Bali. Beberapa peserta bahkan ada yang datang dari Malang, Jawa Timur.
![]() |
"Mungkin ini kontes pertama di Bali. Pesertanya juga bukan hanya dari beberapa daerah di Bali saja. Ada juga yang dari Jawa. Kalau tidak salah empat peserta," imbuhnya.
Pria yang akrab disapa Kojek ini menyebutkan, Tabanan Channa Contest sengaja digelar sebagai ruang kompetisi bagi para keeper atau penghobi ikan channa. Kenaikan tren ikan channa mulai terjadi secara nasional sejak tiga setengah tahun dan booming di Bali pada awal pandemi COVID-19.
"Dulunya hanya ikan di meja makan, sekarang ikan di meja hias," imbuh Ketua Snake Head Community ini.
Ia menyebutkan, ikan channa yang ikut dalam kontes ini terdiri dari tiga jenis antara lain Auranti yang habitat aslinya di India serta jenis Pulchra yang habitat aslinya di Myanmar.
"Kami juga mengenalkan jenis Limbata yang masih masuk dalam keluarga Channa endemik Indonesia. Kalau di Bali lebih kenal dengan sebutan ikan Jajung," imbuh pria yang akrab disapa Kojek ini.
Kontes ini, sambungnya, terdiri dari tiga kelas antara lain progress, juvenil, dan junior. "Di atas itu ada kelas senior dan jumbo yang ukurannya di atas lima puluh sentimeter. Tapi di kontes ini cuma sampai junior saja," jelasnya.
Ada beberapa poin yang dinilai dalam kontes ini. Di antaranya kemampuan adaptasi ikan channa terhadap tank atau akuarium. Berikutnya mental dari ikan channa itu sendiri.
"Adaptasi dan mental ini saling berkaitan. Maksudnya, terkadang ada ikan channa yang baru dimasukkan ke dalam akuarium cuma mager, diam saja. Kalau mentalnya bagus, lima menit setelah masuk ke akuarium, dia sudah agresif lagi," kata Kojek.
Penilaian terakhir terkait estetika ikan channa yang dilombakan. Estetika ini bisa terkait warna, bar, hingga motif bunga yang ada pada tubuh ikan Channa.
"Bar atau garis-garis hitam di tubuh ikan itu terlihat sempurna dan tegas warnanya. Di antara bar itu ada bunganya," imbuhnya.
Menurutnya, ukuran ikan bukan menjadi patokan dalam kontes ini. Sebab, seni memelihara ikan channa justru terletak pada ketelatenan penghobi menjaga ukuran.
"Caranya dengan mengatur pemberian pakan. Ada semacam dietnya. Serta menggunakan tank atau akuarium ukuran kecil. Hampir mirip merawat bonsai," ujarnya mengilustrasikan.
Tantangan berikutnya bagi penghobi ikan channa adalah memunculkan cabung atau calon bunga yang ada di antara bar pada bagian tubuh. Memunculkan cabung hingga menjadi bunga, terkadang perlu waktu dua sampai tiga tahun.
"Tantangannya itu memunculkan bunganya dari cabung. Belum tentu ikan yang sudah mendapatkan treatment atau perawatan bagus akan keluar cabungnya. Kalau sudah keluar, memecahkannya menjadi bunga juga perlu waktu," ungkap Kojek.
Simak Video "Video: Kronologi Aktor Korsel Lee Ji Hoon Dilaporkan Istri Atas KDRT"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/iws)