Menjajal Ombak Pantai Kedungu, Spot Surfing Alternatif di Tabanan

Menjajal Ombak Pantai Kedungu, Spot Surfing Alternatif di Tabanan

Chairul Amri Simabur - detikBali
Minggu, 25 Sep 2022 16:16 WIB
Wisatawan asing berselancar atau surfing di Pantai Kedungu, Tabanan, Minggu (25/9/2022). (chairul amri simabur/detikBali)
Wisatawan asing berselancar atau surfing di Pantai Kedungu, Tabanan, Minggu (25/9/2022). (chairul amri simabur/detikBali)
Tabanan -

Tak hanya dikunjungi oleh wisatawan, Pantai Kedungu di Desa Belalang, Kecamatan Kediri, Tabanan, juga digandrungi para peselancar atau surfer mancanegara. Pantai Kedungu menjadi salah satu spot surfing alternatif bagi para peselancar yang ingin menjajal ombak di Bali.

"Ramai-ramainya (Pantai Kedungu) itu sekitar 1995. Termasuk untuk surfing. Kebetulan waktu itu ada program dari SMK Pariwisata Mengwitani," tutur I Nyoman Sukarta (48), warga setempat.

Warga Banjar Kedungu, Desa Belalang, ini mengaku turut menyaksikan awal mula surfing berkembang di Pantai Kedungu. Ia mulai mengenal olahraga berselancar itu pada usia 18 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Waktu itu belum seramai seperti sekarang ini," tutur Sukarta yang akrab disapa para surfer lokal dengan sebutan Kempling ini.

Saat ini, sambungnya, Pantai Kedungu telah menjadi deretan pantai selain Kuta atau Canggu yang cocok dipakai untuk surfing. Selain sebagai tempat wisata bagi warga lokal maupun asing.

ADVERTISEMENT

Menurut Kempling, karakter ombak yang menjadi salah satu ukuran cocok atau tidaknya sebuah pantai menjadi tempat surfing juga tidak jauh beda antara di Pantai Kedungu dan Kuta atau Canggu.

"Saya kira, karakter ombaknya sama saja. Baik untuk yang pemula atau yang sudah ahli," sebut Kempling yang sekitar 20 tahunan berselancar sebelum beralih menekuni bisnis landscape.

Seiring dengan dikenalnya Pantai Kedungu, sejumlah guide lokal juga mulai mencoba membuka usaha penyewaan papan selancar atau rental surfing board. Semisal yang dilakukan I Made Todia (40) bersama sembilan orang rekannya yang membuka Surf Shack.

"Saya dan sembilan teman lainnya sekitar 2015 lalu mulai coba membuka usaha penyewaan (surfing) board," ungkapnya.

Ia menyebutkan, umumnya kunjungan akan meningkat pada akhir pekan. Baik Sabtu atau Minggu. Begitu juga dengan wisatawan asing yang hendak berselancar.

"Biasanya paling ramai itu Sabtu dan Minggu. Kalau harga sewa (surfing board) sekarang ini Rp 50 ribu untuk dua jam," jelasnya.

Itu tarif normal. Untuk penyewaan selama sehari penuh, tarifnya Rp 100 ribu. Sementara jika menyewa satu minggu penuh, tarifnya Rp 500 ribu. Tempat ini juga menyediakan jasa instruktur bagi mereka yang baru belajar berselancar.

Seperti halnya usaha yang mengakar pada sektor pariwisata lainnya, menurut Todia, Surf Shack sempat merasakan dampak pandemi COVID-19. Selama dua tahun, sejak 2020 hingga lima bulan pertama di 2022, Surf Shack sempat terseok-seok.

"Aduh, waktu itu kacau. Semua teman akhirnya beralih jadi nelayan. Ada juga yang kerjanya pasang jarring. Cuma biar ada pemasukan saja. Kalau sekarang ini, saya rasa sudah mulai normal, meski tidak seperti sebelum pandemi," pungkasnya.




(iws/iws)

Hide Ads