Misteri Pohon Kayu Putih Tabanan, Konon Terdengar Alunan Gamelan

Misteri Pohon Kayu Putih Tabanan, Konon Terdengar Alunan Gamelan

Chairul Amri Simabur - detikBali
Sabtu, 06 Agu 2022 10:03 WIB
Pohon Kayu Putih yang tumbuh di areal Pura Babakan di Desa Adat Bayan, Desa Tua, Kecamatan Marga.
Pohon Kayu Putih yang tumbuh di areal Pura Babakan di Desa Adat Bayan, Desa Tua, Kecamatan Marga. Foto: Chairul Amri Simabur
Tabanan - Objek wisata pohon Kayu Putih di Desa Adat Bayan, Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan tidak hanya unik karena ukurannya yang besar. Keunikannya juga tumbuh berkembang dengan berbagai cerita misteri.

Salah satunya mengenai alunan gamelan yang terdengar sayup-sayup pada hari tertentu. Khususnya saat rahinan atau hari suci umat Hindu di Bali.

"Meski secara tertulis tidak ada, cerita itu bagi sebagian orang dipercaya memang benar. Khususnya para orang tua kami," tutur Penyarikan Pura Babakan, Penyarikan Pura Babakan, I Made Kurna Wijaya, Sabtu (6/8/2022).



Konon, sambungnya, suara sayup-sayup alunan gamelan itu bersumber dari gender atau gamelan wayang yang tertanam di bawah pohon yang diperkirakan berusia 700 tahun itu.

Kurna Wijaya mengatakan, alunan gender tersebut diklaim pernah didengar oleh para orang tua yang tinggal di sekitar desa adat setempat. Khususnya di bawah era 80-an.

"Memasuki era 80-an, zaman sudah mulai bising, sehingga alunan itu tidak terdengar lagi," sebutnya.

Menurut Kurna Wijaya, salah seorang yang pernah mendengarkan alunan gender yang sayup-sayup itu adalah ayahnya sendiri, I Wayan Raksa.

Ayahnya yang kini berusia sekitar 90-an itu pernah menjadi prajuru Pura Babakan, tempat pohon yang dinamakan Kayu Putih itu tumbuh.

"Paman saya, I Nyoman Suparta, yang usianya sekarang sekitar 60-an juga pernah mendengarnya. Tapi hanya sekali," kata Kurna Wijaya.

Ia menyebutkan, kepercayaan yang sempat berkembang itu lebih didasari pengalaman pribadi. Karena sumber tertulis mengenai kebenaran adanya seperangkat gamelan di bawah pohon itu tidak ada sama sekali.

"Sumber tertulis tidak ada, tetapi sebagian orang meyakini itu benar karena berdasarkan pengalaman pribadi," imbuhnya.

Di luar cerita itu, Pura Babakan yang menjadi areal tumbuhnya pohon Kayu Putih itu sering didatangi warga setempat yang hendak nerang (menangkal hujan) dengan harapan upacara keagamaan yang hendak dilaksanakan berjalan lancar dan tidak terganjal faktor cuaca.

"Biasanya H-3 atau H-1 datang ke Pura Babakan agar upacara yang mau dilaksanakan berjalan lancar. Tidak terkendala faktor cuaca, terutama hujan," pungkasnya.


(nor/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads