Sebanyak 20 kendaraan roda enam, yakni bus dan truk, terjebak banjir berhari-hari di Sungai Kapsali, Desa Manubelon, Kecamatan Amfoang Barat Daya, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Puluhan kendaraan itu terjebak sejak Minggu (30/11/2025) hingga Senin (1/12/2025).
"Ini kami sudah terjebak banjir dua hari. Ada 20 kendaraan yang terjebak," ujar salah satu penumpang truk, Bripka Nikolaus Yupin, kepada detikBali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yupin menjelaskan puluhan kendaraan itu terjebak banjir karena tak ada jembatan di Sungai Kapsali. Jembatan di sana putus total sejak 4 Februari 2023. Sebulan setelah itu, Jembatan Termanu di Desa Manubelon juga demikian.
"Kalau saya dengan truk itu sudah terjebak dari kemarin. Ada beberapa bus yang baru tadi siang," terang Yupin.
Kedua jembatan itu, Yupin berujar, merupakan akses utama transportasi dari Kecamatan Amfoang Barat Daya, Amfoang Barat Laut, Amfoang Utara, dan Amfoang Timur, menuju ke Kota Kupang. Namun, jembatan yang putus hingga saat ini tak kunjung dibangun lagi.
"Ini karena banjir yang mengakibatkan jalur kendaraan tergerus dan tidak bisa dilewati. Kalau motor bisa lewat," jelas Yupin.
Kanit Intelkam Polsek Amfoang Utara itu mengatakan puluhan truk itu hingga saat ini terpaksa balik arah menuju Oelamasi, Ibu Kota Kabupaten Kupang, untuk melanjutkan perjalanan lewat jalur poros tengah.
Rute perjalanan itu melewati Kecamatan Fatuleu Barat, Fatuleu, Takari, Amfoang Selatan, dan Amfoang Tengah. Kemudian, melewati Observatorium Nasional Timau dan serta lereng Gunung Timau.
Selanjutnya, memasuki Amfoang Utara dan Amfoang Barat Laut. Perjalanan tersebut memakan waktu sekitar 7-8 jam. Sebab, di bawah lereng Gunung Timau kondisi jalannya penuh batu lepas dan lumpur.
"20 kendaraan semua sekarang kembali arah kupang dan melanjutkan perjalanan melalui Lelogama (jalur poros tengah)," imbuh Yupin.
Kepala Desa Manubelon, Anton Tak, mengatakan paling banyak puluhan kendaraan itu terjebak pada hari ini karena terjadinya banjir sejak siang hingga saat ini.
"Ini masih banjir sampai sekarang. Kondisi jalannya memang sangat parah dan tak bisa dilalui lagi," terang Anton.
Anton berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kupang dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT segera memperbaiki Jembatan Kapsali dan Termanu. Sebab, jembatan itu merupakan akses paling penting.
"Ini baru bulan Desember saja sudah susah. Belum lagi masuk Januari hingga April 2026. Kalau bisa pemerintah segera turun tangan untuk atasi," pinta Anton.
(hsa/hsa)











































