Kala Makan Bergizi Gratis Berujung Ratusan Siswa di NTT Keracunan Massal

Round Up

Kala Makan Bergizi Gratis Berujung Ratusan Siswa di NTT Keracunan Massal

Tim detikBali - detikBali
Kamis, 24 Jul 2025 06:00 WIB
Suasana IGD RSUD SK. Lerik, Kota Kupang, NTT, saat ratusan siswa SMP keracunan MBG, Selasa (22/7/2025). (Simon Selly)
Foto: Suasana IGD RSUD SK. Lerik, Kota Kupang, NTT, saat ratusan siswa SMP keracunan MBG, Selasa (22/7/2025). (Simon Selly)
Kupang -

Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diharapkan menyehatkan justru menjadi petaka bagi ratusan siswa di Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam dua hari, 215 pelajar dari dua kabupaten dilaporkan mengalami gejala keracunan.

Siswa itu tersebar di Kota Kupang dan Kabupaten Sumba Barat Daya. Mayoritas siswa mengalami mual dan muntah hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Berikut rangkuman ratusan siswa di NTT keracunan MBG.

75 Siswa SMA di Sumba Barat Daya Ngeluh Bibir Gatal-Mual

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebanyak 75 siswa SMA di Kecamatan Kota Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya, diduga keracunan setelah mengonsumsi MBG. Mereka keracunan pada Rabu (23/7/2025) sekitar pukul 13.00 Wita.

Kasat Reskrim Polres Sumba Barat Daya AKP I Ketut Ray Artika menyebut puluhan siswa itu tersebar di tiga sekolah. Di antaranya SMAN 1 Kota Tambolaka, SMKN 2 Kota Tambolaka, dan SMK Don Bosco.

ADVERTISEMENT

"Ada tiga sekolah dengan rinciannya itu, SMAN 1 Kota Tambolaka 58 orang , SMKN 2 Kota Tambolaka 7 orang, dan SMK Don Bosco 10 orang. Total semua 75 siswa yang keracunan MBG," ujar Ray kepada detikBali, Rabu.

Ray menjelaskan, program MBG mulai dikonsumsi para siswa sekitar pukul 11.00 Wita saat jam istirahat. Menu makanan yang disajikan berupa nasi, ikan goreng tepung, tempe goreng, dan sayur.

"Biasanya mereka melaksanakan MBG pada saat jam istirahat. Menu yang tersedia, yaitu nasi, ikan goreng tepung, tempe goreng dan sayur," tutur Ray.
Tak lama setelah menyantap makanan, beberapa siswa mengalami gejala seperti bibir gatal, pusing, mata merah, dan mual. Pihak sekolah kemudian segera membawa mereka ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.

Menindaklanjuti kejadian itu, polisi langsung mendatangi dapur MBG di Omba Lunda yang dikelola oleh Yayasan Ronita Peduli Sosial. Dari hasil pengecekan, diketahui bahwa bahan mentah seperti ikan disimpan dalam freezer bersuhu 16 derajat Celcius selama 8 jam sebelum diolah. Sementara tempe dan sayur disimpan dalam lemari pendingin.

Menurut Ray, proses pengolahan makanan dilakukan seperti biasa. Distribusi makanan ke sekolah berlangsung sejak pukul 08.00 Wita hingga 10.00 Wita.

Polisi bersama tim dari Puskesmas Radamata juga mengambil sampel sisa makanan dari dapur dan ompreng siswa di SMAN 1 Tambolaka untuk diuji di laboratorium.

"Kami juga mengamankan sisa makanan dan bahan mentah program MBG itu dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Barat Daya untuk penanganan lanjutan," terang Ray.

Ray menambahkan, hingga saat ini penyebab pasti keracunan masih dalam penyelidikan. Namun, berdasarkan keterangan dari pihak medis, makanan yang dikonsumsi diduga menjadi penyebabnya.

"Penyampaian dari dokter di Rumah Sakit Karitas itu penyebabnya diduga dari menu MBG," pungkas Ray.

140 Siswa SMP di Kupang Dilarikan ke Rumah Sakit

Sebanyak 140 siswa SMP Negeri 8 Kupang diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi MBG, Selasa (22/7/2025). Para siswa merasakan gejala sejak pagi hari dan dilarikan ke sejumlah rumah sakit di Kota Kupang untuk mendapatkan perawatan.

Kejadian bermula sekitar pukul 07.30 Wita, saat kegiatan belajar mengajar (KBM) dimulai. Kepala SMPN 8 Kupang, Maria Theresia Lana, mengatakan beberapa siswa mulai izin ke toilet karena diare dan sakit perut. Jumlah siswa yang mengeluh terus bertambah hingga memenuhi ruang UKS.

"Jadi proses KBM sekitar jam 07.30 pagi, sudah ada siswa kami yang bolak-balik ke kamar mandi, ternyata mereka mencret dan ada yang sakit perut," kata Maria.

Karena kapasitas UKS tak mencukupi, para siswa kemudian dilarikan ke sejumlah rumah sakit seperti RSUD S.K Lerik, RS Siloam, RS Mamami, RSUD Prof W.Z Johannes, dan RS Leona. Awalnya hanya 18 siswa yang dirujuk, namun jumlahnya terus meningkat hingga mencapai 140 orang pada siang hari.

Maria menyebut program MBG untuk hari itu dihentikan sementara. Beberapa siswa mengaku makanan yang dikonsumsi pada hari sebelumnya terasa asin dan asam, terutama tahu dan sayurnya.

Ia menambahkan, sejak program MBG dimulai pada 17 Februari 2025, ini merupakan kejadian pertama dugaan keracunan massal. Pihak sekolah sendiri tidak melakukan pengecekan makanan karena hanya bertugas mendistribusikannya.

Polres Kupang Kota turut melakukan penyelidikan atas kasus dugaan keracunan massal ini. Polisi mengumpulkan data siswa yang terdampak dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan serta rumah sakit.

"Kami masih mendata jumlah siswa yang sakit di sekolah maupun rumah sakit," ujar Kasi Humas Polresta Kupang Kota, Ipda Frangky Lapuisaly.

Polisi juga akan mendatangi dapur penyedia makanan MBG untuk mencari tahu kemungkinan penyebab keracunan. "Kalau ada hubungannya dengan itu (dapur MBG), maka segala sesuatu pasti kami akan memintai keterangan kepada mereka," pungkasnya.




(nor/nor)

Hide Ads