Sebanyak 29 warga dari Desa Fatukoko dan Desa Salbait, Kecamatan Mollo Barat, Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), dilaporkan mengalami keracunan setelah mengonsumsi daging sapi. Mereka mengalami gejala mual, nyeri perut, sakit kepala, pusing, demam, dan diare.
"Semua penderita mengalami gejala nyeri, kram perut, diare, mual, dan pusing," ujar Kepala Dinas Kesehatan TTS, Ria Tahun, Selasa (11/3/2025).
Ria mengungkapkan, keracunan tersebut disebabkan oleh bakteri Clostridium perfringens yang mencemari daging sapi. Bakteri ini termasuk kategori gram positif yang mampu membentuk spora dan menyebabkan keracunan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Para korban saat itu mengolah daging sapi dengan cara dimasak, digoreng, dibakar, dan ada yang membuat lawar darah serta otak," ungkap Ria.
Ria menjelaskan, kejadian bermula saat Felpina Mambait menitipkan sapinya kepada anaknya, Melki Batu, di Desa Salbait. Namun, sapi tersebut sempat hilang di hutan selama beberapa waktu.
Setelah ditemukan, sapi itu dalam kondisi sakit, sering buang air besar bercampur darah. Melki kemudian melaporkan kondisi sapi tersebut kepada Felpina, yang akhirnya memutuskan untuk menyembelihnya.
Penyembelihan dilakukan pada Senin (3/3/2025), dan dagingnya dibagikan kepada warga di dua desa tersebut. Namun, sejumlah organ dalam sapi sudah dalam kondisi hancur sehingga tidak dikonsumsi.
"Mereka menyembelih sapi tersebut dan membagikannya kepada keluarga, termasuk orang tua dan keluarga lainnya di Desa Fatukoko," tutur Ria.
Setelah mengonsumsi daging tersebut, puluhan warga mulai mengalami gejala keracunan, seperti mual, pusing, dan diare. Puncaknya terjadi pada Kamis (6/3/2025), saat Felpina mulai mengalami nyeri perut, sakit kepala, dan diare berulang lebih dari lima kali. Ia kemudian pergi ke Puskesmas Pembantu (Pustu) Fatukoko untuk mendapatkan perawatan medis.
Pada Jumat (7/3/2025), dua petugas surveilans mulai melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) terhadap kasus tersebut di Desa Fatukoko. Mereka menemukan delapan warga yang masih mengalami gejala serupa di rumah seorang warga bernama Simeon Oematan.
"Setelah ditelusuri, maka ditemukan penyebab diare yang dialami 8 orang itu akibat mengonsumsi daging sapi," terang Ria.
Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, petugas menemukan bahwa kasus ini berasal dari daging sapi yang disembelih di Desa Salbait. Dalam pelacakan kasus, ditemukan 29 warga mengalami diare, dengan rincian 8 orang di Desa Salbait dan 21 orang di Desa Fatukoko.
"Jadi semua penderita itu sudah diberi terapi oleh dokter. Kami juga lakukan investigasi kasus, penyuluhan, serta pengambilan sampel daging kering untuk diperiksa lebih lanjut," pungkas Ria.
Kemarin, Senin (10/3), seluruh korban keracunan sudah dipulangkan ke rumah masing-masing. Mereka dinyatakan sembuh.
(dpw/iws)