Radius 7 Km Gunung Lewotobi Segera Dikosongkan, Lahan Tetap Milik Warga

Flores Timur

Radius 7 Km Gunung Lewotobi Segera Dikosongkan, Lahan Tetap Milik Warga

Tim detikBali - detikBali
Kamis, 07 Nov 2024 08:10 WIB
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto (rompi cokelat) saat berada di Pos Pemantauan Gunungapi Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, pada Rabu (6/11).
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto (rompi cokelat) saat berada di Pos Pemantauan Gunungapi Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, NTT, pada Rabu (6/11). (Foto: dok. BNPB)
Flores Timur -

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan untuk segera merelokasi warga yang tinggal di radius 7 kilometer dari puncak Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT. Zona merah atau bahaya itu harus segera dikosongkan.

"Relokasi harus segera dilakukan. Nanti saat relokasi akan dikoordinasi secara khusus, rumahnya ada ketentuan. Rumah yang dibangun untuk korban pascabencana tipe 90 meter persegi, rumah yang bisa dibangun dalam waktu satu minggu," ujar Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam keterangannya yang diterima detikBali, Kamis (7/11/2024).

Suharyanto memastikan masyarakat yang direlokasi tidak perlu khawatir, tanah dan lahan yang mereka miliki dalam radius 7 kilometer tersebut akan tetap menjadi milik mereka. Relokasi dilakukan hanya untuk mitigasi agar tak terjadi korban jiwa seperti erupsi terakhir pada 3 November tengah malam lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lahan-lahan masyarakat ini tetap hak milik masyarakat, tapi tidak boleh ditempati," tutur Suharyanto.

Bencana yang sudah terjadi beberapa hari lalu, dijadikan pengalaman berharga untuk masyarakat agar mentaati instruksi pihak-pihak yang berwenang dan bagi pemerintah untuk lakukan langkah-langkah meningkatkan kesiapsiagaan.

ADVERTISEMENT

"Saat ini kenapa masyarakat masih ada yang tinggal dalam radius di bawah 7 kilometer, karena terakhir erupsi tahun 2002 sehingga mungkin masyarakat menganggap dalam waktu 20 tahun tidak ada apa-apa, tapi terjadi kali ini. Ini menjadi catatan agar masyarakat untuk tidak bisa lagi tinggal di bawah radius 7 kilometer," ujarnya.

"BNPB dan PVMBG Badan Geologi akan membawa ahli memetakan bagaimana kondisi gunung sekarang ini. Kemudian memasang early warning system sebagaimana yang kami lakukan di Gunung Marapi Sumatra Barat dan Gunung Ibu Halmahera Barat. Paling tidak dengan adanya alat yang lebih canggih peringatan kepada masyarakat lebih baik," lanjutnya.

Meskipun nantinya dipasangkan alat peringatan dini, Suharyanto berpesan, bahwa sehebat apapun alatnya, belum ada yang bisa memprediksi secara tepat kapan letusan akan terjadi.

"Yang harus dijadikan catatan, manusia tetap berusaha tapi terkait saat tepat sebuah gunung bisa meletus tidak bisa diprediksi," pungkasnya.




(dpw/nor)

Hide Ads