Anak Buah Luhut Soroti Masalah Sampah di Labuan Bajo

Manggarai Barat

Anak Buah Luhut Soroti Masalah Sampah di Labuan Bajo

Ambrosius Ardin - detikBali
Jumat, 27 Sep 2024 18:01 WIB
Asisten Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves Rofi Alhanif memberikan keterangan pers seusai launching program Pilah Sampah Secara Inovatif di Labuan Bajo, Jumat (27/9/2024).
Asisten Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves Rofi Alhanif memberikan keterangan pers seusai launching program Pilah Sampah Secara Inovatif di Labuan Bajo, Jumat (27/9/2024). (Foto: Ambrosius Ardin/detikBali)
Manggarai Barat -

Asisten Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinasi Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Rofi Alhanif, mengatakan ada masalah dengan pengelolaan sampah di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa tenggara Timur (NTT). Padahal daerah itu tengah dikembangkan sebagai destinasi pariwisata superprioritas.

"Labuan Bajo menjadi destinasi wisata superprioritas berkembang terus menerus, tapi kita masih punya masalah dengan pengelolaan sampah di sini, dari infrastrukturnya sampai masyarakatnya," kata Rofi peluncuran Program B+ (Bajo Positif-Program Pilah Sampah Secara Inovatif) di Labuan Bajo, Jumat (27/9/2024).

Anak buah Luhut Binsar Pandjaitan ini menilai masalah sampah di Labuan Bajo sama seperti kota-kota lainnya di Tanah Air. Banyak sampah di laut karena sampah di darat tidak dikelola dengan baik. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan dan banyak hotel dibangun, sampah yang dihasilkan di Labuan Bajo juga banyak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apalagi Labuan Bajo sekarang semakin banyak turisnya, semakin banyak hotelnya, timbunan sampahnya semakin bertambah. Di sisi lainnya sistem pengolahannya menurut hemat saya perlu kita diperbaiki lagi. Kita perlu bersinergi lagi bagaimana pemerintah daerah, masyarakat atau swasta," ujar Rofi.

"Pemerintah pusat juga mendorong perbaikan tata kelola tersebut. Secara infrastruktur saya kira sudah ada di Labuan Bajo ini tapi perlu kerjasama dengan masyarakat bagaimana masyarakat bisa mulai mengolah sampahnya sejak dari rumah. Saya kira itu juga yang paling penting karena di berbagai negara juga kita belajar pengolahan sampah itu sejak dari rumah," lanjut dia.

ADVERTISEMENT

Rofi mengatakan peluncuran Program B+ merupakan salah satu bentuk kolaborasi pemerintah dengan swasta, yakni PTT Exploration and Production Public Company Limited (PTTEP) Indonesia. Kemenko Marves, ujar dia, mendorong program ini dilaksanakan di Labuan Bajo.

"Program ini nanti didesain bersama-sama masyarakat, mendampingi masyarakat agar bisa lebih memahami persoalan sampah sehingga mereka mulai bisa melakukan penanganannya mulai dari rumah, bagaimana memilah, bagaimana mengumpulkan," kata Rofi.

"Ini kami dorong pemda melakukan perbaikan dalam tata kelola penginputan sampai ke unit-unit pengolahan, kalau tidak bisa diolah dibawa ke TPA Warkloka," tandas Rofi.

General Manager PTTEP Indonesia Grinchai Hattagam mengatakan peluncuran program Pilah Sampah Secara Inovatif di Labuan Bajo merupakan kontribusi perusahaan tersebut dalam mendukung program pengelolaan sampah destinasi pariwisata superprioritas.

"Kami berharap masyarakat dapat berperan aktif dalam memilah sampah dan mendukung program ini agar berkelanjutan sehingga dapat mewujudkan pariwisata yang sehat dan bersih serta meningkatkan perekonomian masyarakat setempat," kata Grinchai.

Perusahaan migas asal Thailand itu bekerja sama dengan PT. INGRAM (Inovasi Gerakan Masyarakat) melaksanakan pogram Pilah Olah Sampah Secara Inovatif di Labuan Bajo. Sebelumnya PTTEP Indonesia juga melaksanakan program pengolahan sampah di Kabupaten Toba, Sumatra Utara.




(dpw/dpw)

Hide Ads