Labuan Bajo Jadi Pilot Project Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak

Labuan Bajo Jadi Pilot Project Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak

Ambrosius Ardin - detikBali
Kamis, 19 Sep 2024 09:23 WIB
Plt Dirut BPOLBF Frans Teguh bersama BMKG menggelar diskusi grup di Labuan Bajo, Rabu (18/9/2024). (Istimewa)
Foto: Plt Dirut BPOLBF Frans Teguh bersama BMKG menggelar diskusi grup di Labuan Bajo, Rabu (18/9/2024). (Istimewa)
Manggarai Barat -

Pemerintah menjadikan destinasi pariwisata superprioritas Labuan Bajo di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai pilot project Impact Based Forecast (IBF) atau penyediaan sistem informasi prakiraan cuaca berbasis dampak.

Sebab pariwisata Labuan Bajo memiliki potensi risiko tinggi, terutama untuk aktivitas bahari yang sangat mengandalkan informasi cuaca.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berkolaborasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) untuk merancang IBF. Pelaksana Tugas Direktur Utama BPOLBF Frans Teguh mengatakan penyediaan IBF itu diharapkan bisa meminimalkan dampak kecelakaan wisata di Labuan Bajo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Upaya penyediaan sistem IBF ini dilakukan sebagai bentuk respons terhadap berbagai kecelakaan wisata yang kerap terjadi di destinasi pariwisata, salah satunya di Labuan Bajo," kata Frans dalam keterangannya, Kamis (19/9/2024).

Frans menjelaskan IBF merupakan paradigma prakiraan cuaca yang menyertakan informasi dampak dan respons. Sistem ini tidak hanya memprediksi kondisi cuaca. Namun, memberikan informasi tentang dampak cuaca terhadap aktivitas wisata.

"Informasi ini dikeluarkan pada saat yang dibutuhkan seperti saat ada potensi cuaca signifikan atau ekstrem yang memberikan dampak dan tidak regular seperti prakiraan cuaca konvensional," terang Frans.

Ia mengatakan ketersediaan data dan informasi yang akurat dan informatif untuk mendukung sistem ini sangat diperlukan. Sebab, Labuan Bajo termasuk dalam destinasi wisata berisiko tinggi. Aktivitas wisata di perairan seringkali berpotensi dampak, baik kecelakaan maupun ketidaknyamanan.

"Kami berharap sistem ini bisa sekaligus menjadi bagian dari replikasi. Bilamana sistem IBF ini berhasil bisa menjadi contoh untuk destinasi-destinasi lain," ujar Frans.

Menurutnya, kecelakaan wisata yang kerap terjadi berdampak kepada reputasi Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata yang aman dan nyaman.

Berbagai informasi terkait gangguan atau kecelakaan wisata membuat citra dan rating pariwisata Labuan Bajo secara keseluruhan dianggap berisiko tinggi. Jika diantisipasi dengan baik sejak dini bisa meningkatkan rasa aman dan nyaman.

"Kami berharap sistem yang sedang dirancang ini bisa menjadi modal bagi pengelola pariwisata kita. Dengan kerja konkret ini, kita bisa meningkatkan kayakinan bahwa SDM kita bisa menghasilkan pelayanan yang optimal untuk menjamin keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung," kata Frans.

Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Ida Pramuwardhani mengataka BMKG tidak hanya berfokus kepada cuaca tetapi juga memberikan informasi lainnya seperti peringatan dini tsunami (tsunami early warning system).

"Untuk prakiraan cuaca yang kami sediakan adalah prakiraan yang juga sudah di-expertise oleh forecaster (ahli yang membuat prakiraan) di Labuan Bajo. Kami sudah berkunjung ke stasiun BMKG Komodo untuk berkoordinasi terkait alur penyiapan layanan dan sudah ada informasi background knowledge yang dibuat oleh forecaster BMKG," jelas Ida.

Penyediaan IBF di destinasi pariwisata Labuan Bajo diawali dengan diskusi di Jakarta pada Agustus 2024. Menindaklanjuti itu, BMKG dan Kemenparekraf membuka diskusi lebih lanjut mengenai berbagai aspek kebencanaan karena faktor cuaca. Mulai dari pengumpulan data historis dan integrasi data pariwisata terkini, seperti kejadian bencana, jumlah pengunjung, dan informasi terkait lainnya.

Data-data itu dianalisis guna mengidentifikasi parameter kerentanan, keterpaparan, dan bahaya di setiap lokasi wisata untuk penyediaan sistem informasi prakiraan cuaca berbasis dampak di Labuan Bajo. Berbagai data dan informasi ini digali melalui diskusi grup terbatas penyediaan IBF pada sektor pariwisata Labuan Bajo, yang dilaksanakan di Labuan Bajo, 17-18 September 2024.




(hsa/gsp)

Hide Ads