Ipda Yunus Labba, seorang polisi yang menjabat sebagai Kapolsek Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah menggelontorkan dana pribadi sebesar Rp 2 miliar untuk membangun panti asuhan. Pria kelahiran Kabupaten Alor ini rela menghabiskan sebagian besar penghasilannya untuk membantu anak-anak yatim piatu dan yang telah kehilangan harapan.
"Sejak tahun 2007, saya dan istri sudah tinggal bersama beberapa anak yang kehilangan harapan atau yang menjadi yatim piatu. Jumlahnya terus bertambah hingga mencapai 119 anak. Sampai saat ini, saya telah menghabiskan sekitar Rp 2 miliar dari gaji saya untuk memenuhi kebutuhan anak-anak di sini," ujar Ipda Yunus Labba saat diwawancarai detikBali, Jumat (2/8/2024).
Yunus mengisahkan panti asuhan yang didirikannya sebenarnya sudah mulai berjalan sejak 2007, meskipun baru resmi menjadi lembaga panti asuhan pada 2017. Ada sembilan anak yang tinggal bersamanya saat awal pendirian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, pada 2014, jumlah anak yang diasuhnya bertambah menjadi belasan membuat Yunus kesulitan memenuhi kebutuhan mereka hanya dengan gaji sebagai polisi. "Saya mencari pekerjaan tambahan sebagai petugas keamanan untuk menopang keuangan. Namun, setiap tahun jumlah anak terus bertambah, dan pada tahun 2018 sudah ada 18 anak. Saya merasa semakin kesulitan," katanya.
Yunus akhirnya memutuskan untuk mendirikan panti asuhan agar bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun pihak swasta. Panti asuhan tersebut diberi nama 'Panti Asuhan Generasi Pengubah'. Lembaga ini resmi terdaftar dengan nama Yayasan El Roi Kanaan Kupang pada 2017.
"Pada tahun 2018, jumlah anak yang tinggal di panti sudah mencapai 34 orang dan saat ini pada tahun 2024, jumlahnya telah mencapai 119 anak. Saya sudah tidak bisa menerima anak lagi karena memang sudah tidak mampu menampung lebih banyak," tambah Yunus.
Yunus menampung anak-anak dari berbagai daerah seperti Kabupaten Rote, Sumba, Alor, dan Timor. Meskipun tinggal di panti, Yunus memastikan anak-anak tersebut tetap mendapatkan pendidikan yang baik sebagai bekal masa depan mereka.
Beberapa anak di panti asuhan Yunus telah lulus kuliah. Saat ini ada sekitar 16 anak yang sedang menempuh pendidikan di berbagai perguruan tinggi, seperti Universitas Pelita Harapan, Universitas Pancasila Jakarta, Sekolah Tinggi Theologia Jakarta, Politeknik Kementerian Kelautan Kupang, Stikes Nusantara, dan Universitas Citra Bangsa.
Selain menjadi Kapolsek, Yunus juga merupakan seorang pendeta di salah satu gereja karismatik di Kupang. Keluarganya mendukung penuh tugas mulianya ini. Istrinya, yang dulunya seorang guru SMA, memilih untuk berhenti mengajar demi mengurus anak-anak panti asuhan.
Yunus berharap kepada pemerintah maupun pihak swasta dapat membantu mendukung panti asuhan ini, terutama untuk memenuhi kebutuhan mendesak seperti atap bangunan yang saat ini masih belum selesai, mengingat musim penghujan yang segera tiba.
(iws/gsp)