Masih banyak orang tua wali siswa mendatangi Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk meminta kejelasan pendidikan anaknya. Kepala Dikbud NTB Aidy Furqan meminta para orang tua wali siswa yang anaknya tidak lolos jalur zonasi untuk menunggu informasi selanjutnya.
Sebab, Dikbud NTB tengah berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) maupun Penjabat Gubernur (Pj) Gubernur NTB untuk meminta arahan dan solusi terkait kejelasan ratusan siswa yang tidak lolos jalur zonasi.
"Kita tunggu proses daftar ulang selesai semua. Nanti kami lihat berapa yang sudah tertampung dan belum tertampung. Setelah terkumpul semua, baru kami bisa ambil solusinya," tegas Aidy, Kamis (11/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aidy mengingatkan orang tua siswa bahwa jalur zonasi tidak hanya dinilai dari jarak rumah ke sekolah saja. Namun, dipengaruhi juga dari usia siswa dan siapa yang cepat mendaftar.
"Lalu terakhir ada bobot," ungkap Aidy.
Aidy menyebut jika Kemendikbudristek memberi sinyal positif terkait solusi bagi ratusan siswa yang belum mendapat kejelasan sekolah, Dikbud NTB akan segera mencari solusi. "Kalau sinyal sudah ada dari Kemdikbud, saya harus cari solusi. Supaya anak yang belum tertampung bisa tertampung, semua anak NTB harus bersekolah," ujarnya.
Sementara, terkait solusi Dikbud NTB yang menggeser calon siswa yang tidak lolos ke dua Sekolah Menengah Akhir Negeri (SMAN) favorit ke SMAN 10 Mataram dan SMAN 11 Mataram, dianggap solusi yang kurang tepat. Orang tua siswa ramai-ramai menolak solusi tersebut.
Muhamad Saimun, warga Mataram, mengaku keberatan jika anaknya harus digeser ke SMAN 10 Mataram atau SMAN 11 Mataram. Sebab, jarak dari rumah kedua sekolah tersebut cukup jauh.
"Saya di Ampenan, kalau kedua sekolah itu agak jauh. Kalau mau dipaksakan sekolah di sana satu tahun dulu, apa nanti ketika keluar dan mendaftar di sekolah favorit akan dipermudah," kata Saimun di kantor Dikbud NTB, Kamis.
Nelly, warga Jempong, Mataram, setali tiga uang. Ia meminta Dikbud NTB memberi tambahan kursi di beberapa sekolah favorit.
"Semoga solusi yang diberikan dinas bisa cepat keluar, soalnya sara jejah (khawatir/was-was) soal kejelasan sekolah anak saya," katanya.
Sebelumnya, puluhan wali murid di Kota Mataram mendatangi kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (8/7/2024). Mereka mengeluhkan nasib anak mereka yang tidak lolos PPDB jalur zonasi, meski jarak rumah dengan sekolah berdekatan.
(nor/nor)