Pohon Sukun, Rumah Pengasingan, hingga Sejarah Lahirnya Pancasila di Ende

Ende

Pohon Sukun, Rumah Pengasingan, hingga Sejarah Lahirnya Pancasila di Ende

Zheerlin Larantika Djati Kusuma - detikBali
Sabtu, 01 Jun 2024 08:07 WIB
Rumah Pengasingan Bung Karno Ende.
Rumah pengasingan Bung Karno di Ende. (Foto: fahmisalama/d'Traveler)
Ende -

Hari ini, 1 Juni 2024, Indonesia memperingati hari lahirnya dasar negara, Pancasila. Dasar negara ini disusun oleh Presiden Soekarno di bawah pohon sukun di rumah pengasingannya di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bangunan bersejarah tersebut memiliki cerita tersendiri. Menjadi saksi bisu lahirnya ideologi negara Indonesia, yang hingga kini masih dipegang teguh. Berikut sejumlah fakta rumah pengasingan Bung Karno di Ende, yang dilansir detikBali dari berbagai sumber.

Awal Mula Pengasingan

Pada tahun 1933, dalam upayanya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, Ir. Soekarno kembali ditangkap dan diasingkan. Kali ini, ia diasingkan ke Ende, Flores.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Soekarno ditangkap oleh seorang Komisaris Polisi saat keluar dari rumah Muhammad Husni Thamrin dan kemudian dipenjara selama delapan bulan tanpa melalui proses pengadilan. Pada tanggal 28 Desember 1933, Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge, mengeluarkan surat keputusan untuk mengasingkan Soekarno ke Ende.

Dari Surabaya, Soekarno beserta keluarganya berangkat menuju Flores menggunakan kapal barang, KM van Riebeeck. Setelah berlayar di lautan selama delapan hari, mereka tiba di pelabuhan Ende. Tak lupa setelahnya mereka melaporkan kedatangan mereka ke kantor pemerintah.

ADVERTISEMENT

Soekarno beserta keluarganya dibawa ke pengasingan di Kampung Ambugaga, Kelurahan Kotaraja. Di tempat pengasingan ini, Bung Karno bersama keluarganya menghabiskan waktu selama empat tahun. Mereka tinggal di rumah milik Haji Abdullah Amburawu.

Saat itu, Soekarno sempat merasa frustasi karena diasingkan ke Flores. Pemerintah Hindia Belanda menerapkan aturan yang sangat ketat terhadap interaksi Bung Karno dengan penduduk lokal, terutama mereka yang berasal dari kalangan elit.

Setiap hari, Bung Karno diwajibkan untuk melaporkan ke pos militer di Ende Utara, yang sekarang menjadi Kantor Detasemen Polisi Militer IX/I. Meskipun ia terus diawasi dan dikendalikan oleh pemerintah kolonial, Bung Karno yang awalnya merasa tertekan, mulai menentang pengawasan yang keras tersebut.

Ia secara aktif mengunjungi desa-desa di sekitar Ende, berinteraksi dengan penduduk setempat, dan menjelajahi Danau Kelimutu. Akibatnya, dia mendapat inspirasi untuk menulis naskah drama "Rahasia Kelimutu".

Pancasila Lahir di Bawah Pohon Sukun

Pulau Ende menjadi tempat diam yang menjadi saksi terbentuknya landasan negara, Pancasila. Selama masa pengasingannya, Bung Karno merenungkan prinsip-prinsip dasar negara Indonesia di bawah rimbunnya pohon sukun. Ia memperoleh gagasan tentang Pancasila dan mendapatkan idenya dari lima cabang pohon sukun.

Akan tetapi, pohon sukun aslinya sudah tumbang sekitar tahun 1960, pada masa pengasingan Soekarno. Pohon sukun yang saat ini dilihat merupakan pohon yang ditanam pada 1981. Tempat ini kini menjadi Taman Renungan Bung Karno, di mana sebuah patung Bung Karno duduk dalam sikap merenung di bawah pohon sukun yang memiliki lima cabang, menghadap ke arah laut.

Rumah Soekarno di EndeRumah Soekarno di Ende Foto: Johanes Randy

Soekarno diasingkan dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada tanggal 18 Oktober 1938, setelah mengalami masa pengasingan selama empat tahun sembilan bulan, dan empat hari, Soekarno dipindahkan ke Bengkulu. Ketika menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia pada tahun 1951, Soekarno melakukan kunjungan pertamanya ke Ende.

Saat berkunjung, ia mengungkapkan keinginannya agar rumah tempat ia pernah diasingkan dijadikan sebuah museum. Pada kunjungan keduanya tahun 1954, Soekarno meresmikan rumah tersebut sebagai "Rumah Museum".

Rumah pengasingan tersebut memiliki makna penting bagi Indonesia, karena dari sana dimulai proses penggalian nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, Rumah Pengasingan Soekarno di Ende diakui sebagai Bangunan Cagar Budaya tingkat Nasional melalui Surat Keputusan Nomor 285/M/2014 tanggal 13 Oktober 2014.

Rumah Pengasingan Soekarno Saat Ini

Secara resmi, rumah pengasingan Soekarno direnovasi total pada 23 Juni 2012. Renovasi dilakukan pada dinding, lantai, hingga atap. Meskipun begitu, renovasi ini bertujuan untuk memperbaiki, sehingga bukan untuk mengubah arsitektur bangunan lama.

Renovasi besar ini atas inisiatif dari Wakil Presiden Boediono. Saat itu ia sedang berkunjung ke Ende pada 2009 dalam rangka menelusuri jejak pelopor utama kemerdekaan.

Renovasi rumah pengasingan Soekarno ini bertujuan untuk membuat ikatan batin antara Ende dan Republik Indonesia, antara satu generasi dengan generasi yang akan datang. Boediono terlibat secara aktif dengan mendirikan Yayasan Ende Flores, yang kegiatan pertamanya adalah memulai pemugaran bangunan fisik Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende.

Proses pembangunan dilakukan selama sekitar satu tahun di bawah pengawasan Yayasan Ende Flores, yang berkoordinasi dengan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Situs bersejarah yang telah selesai direstorasi diresmikan oleh Wakil Presiden Boediono pada tanggal 1 Juni 2013, yang bertepatan dengan peringatan Hari Kelahiran Pancasila.

Kini rumah pengasingan Bung Karno di Ende telah menjadi museum bersejarah. Barang-barang peninggalan Bung Karno masih tersimpan dengan rapi, seperti foto keluarga, lukisan, lemari pakaian, tempat tidur dan lainnya. Bangunan inilah yang menjadi saksi bisu tercetusnya gagasan nilai-nilai dasar negara, Pancasila.

Artikel ini ditulis oleh Zheerlin Larantika Djati Kusuma, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads