Pengamat Prediksi Empat Poros Bakal Bertarung di Pilgub NTB 2024

Pengamat Prediksi Empat Poros Bakal Bertarung di Pilgub NTB 2024

Helmy Akbar - detikBali
Rabu, 29 Mei 2024 20:15 WIB
Ilustrasi Pemilu
Ilustrasi (Foto: Fuad Hasim/detikcom)
Mataram -

Konstelasi politik menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Nusa Tenggara Barat (NTB) 2024 semakin menghangat. Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Ihsan Hamid memprediksi sebanyak empat poros akan bertarung dalam Pilgub NTB 2024.

"Kalau melihat dari komposisi emosional yang terbangun saat ini, baik paslon dengan partai, kemudian didasari pada raihan kursi di DPRD NTB, memang idealnya akan terbentuk empat paslon," kata Ihsan Hamid kepada detikBali, Rabu (29/5/2024).

Pertama, Ihsan berujar, paslon yang sudah hampir pasti maju Pilgub NTB adalah duet Sitti Rohmi Djalillah dengan Musyafirin atau Rohmi-Firin. Paket ini hampir pasti mendapatkan dukungan PDIP dan Perindo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, syarat mengusung paslon dalam Pilgub NTB 2024 adalah mendapat dukungan minimal dari parpol atau koalisi parpol yang memiliki 13 dari 65 kursi di DPRD NTB. Berdasarkan hasil Pileg 2024, PDIP mengamankan empat kursi dan Perindo tiga kursi di DPRD NTB.

ADVERTISEMENT

Informasi yang dihimpun detikBali, duet Rohmi-Firin juga hampir pasti akan diusung oleh PPP yang mengamankan tujuh kursi DPRD NTB. Teranyar, PKB dengan enam kursi di DPRD NTB juga dikabarkan akan merapat mendukung Rohmi-Firin.

"Poros kedua tentu cagub petahana Zulkieflimansyah. Sekarang kan muncul duet Zul-Suhaili (Zul-Uhel). Atau Zul dengan siapapun juga masih bisa terwujud. Zul sudah pasti dapat rekomendasi PKS dan yang sudah keluar juga Hanura," terang Ihsan.

Zul sudah mengantongi rekomendasi dari PKS dengan delapan kursi DPRD NTB dan Hanura satu kursi. Zul diprediksi akan didukung oleh NasDem yang memiliki empat kursi di DPRD NTB.

Jika duet Zul-Uhel terwujud, Ihsan melanjutkan, sangat potensial juga akan mendapat dukungan dari Partai Golkar yang mempunyai 10 kursi di DPRD NTB. Untuk diketahui, Suhaili merupakan mantan Bupati Lombok Tengah 2010-2018 sekaligus mantan ketua DPD Partai Golkar NTB. Suhaili telah mendapat surat tugas dari Partai Golkar untuk maju di Pilgub NTB 2024.

Poros ketiga, kata Ihsan, adalah pasangan Penjabat Gubernur (Pj) Gubernur NTB Lalu Gita Ariadi dengan bekas Bupati Lombok Timur Sukiman Azmy. Duet Gita-Sukiman juga masih berpotensi mendapatkan dukungan dari Partai Golkar.

Sebelumnya, Lalu Gita telah mendapat surat tugas dari Partai Golkar untuk maju di Pilgub NTB. Gita juga cukup serius mengikuti mekanisme penjaringan bakal calon melalui Partai Demokrat yang mengoleksi enam kursi di DPRD NTB. Selain Rohmi-Firin, tiket PKB juga berpotensi digunakan Gita-Sukiman.

Poros terakhir yang bisa terbentuk menurut Ihsan adalah poros yang digawangi mantan Dubes RI untuk Turki 2018-2023 Lalu Muhamad Iqbal. Kendati belum mengerucut nama bakal calon wakil gubernur yang akan mendampinginya, Iqbal diketahui telah menuntaskan dukungan parpol untuk maju di Pilgub NTB 2024.

Parpol pertama yang dikunci Iqbal adalah Partai Amanat Nasional (PAN) dengan empat kursi DPRD NTB. Iqbal juga santer dikabarkan telah mendapatkan dukungan Partai Gerindra dengan 10 kursi DPRD NTB.

Kendati demikian, Ketua DPD Gerindra NTB yang juga Bupati Lombok Tengah Lalu Pathul Bahri masih menjaga asa untuk tampil dalam Pilgub NTB 2024. Sejumlah informasi menyebutkan Pathul Bahri makin bersemangat untuk maju di Pilgub NTB setelah duet Zul-Rohmi pecah kongsi. Bahkan, Pathul dikabarkan berangkat ke Jakarta untuk memburu rekomendasi partai.

Di luar empat poros utama tersebut, Ihsan juga masih melihat ada potensi duet Suhaili-Asrul Sani dapat terwujud. Ihsan memperkirakan poros koalisi permanen untuk Pilgub NTB akan terlihat pada Juni-Juli mendatang.

"Melihat timeline dan sisa waktu yang ada, kalau parpol menetapkan dukungan di akhir Agustus, sepertinya sangat telat. Keyakinan saya satu bulan ke depan akan terlihat komposisi yang hampir permanen. Ada parpol utama sebagai pengusung, terutama yang kadernya maju akan sulit beralih dukungan. Sisanya kluster partai pengikut akan masuk dan menyesuaikan," ungkap Ihsan.




(iws/hsa)

Hide Ads