Mengenal Pulau Rote: Sejarah, Nama Suku, Tradisi, hingga Kondisi Geografis

Mengenal Pulau Rote: Sejarah, Nama Suku, Tradisi, hingga Kondisi Geografis

Husna Putri Maharani, Rusmasiela Mewipiana Presilla - detikBali
Senin, 06 Mei 2024 22:36 WIB
Tim detikcom bersama Bank BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga pariwisata di beberapa wilayah terdepan, salah satunya Rote Ndao.

Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!
Pulau Rote Ndao, NTT. Foto: 20detik
Rote Ndao -

a merupakan salah satu pulau paling selatan Indonesia. Penduduk dari Pulau Rote ini tidak hanya menempati Pulau Rote saja, melainkan pulau-pulau kecil yang ada di sekitar Pulau Rote.

Pulau-pulau tersebut di antaranya Pulau Ndao, Ndana, Pulau Panama, Pulau Usu, Pulau Manuk, Pulau Doo, Pulau Helina, Pulau Landu, dan lain-lain.
Untuk mengenal Pulau Rote, mari simak sejarah munculnya pulau, nama suku, hingga kondisi geografis dari Pulau Rote yang dirangkum dari berbagai sumber berikut ini.

Sejarah Pulau Rote

Pasar Busalangga merupakan pasar tradisional terbesar di Kecamatan Rote Barat Laut, Rote Ndao. Aktivitas pasar ini ramai dilakukan setiap hari Rabu dan Sabtu.Pasar Busalangga merupakan pasar tradisional terbesar di Kecamatan Rote Barat Laut, Rote Ndao. Aktivitas pasar ini ramai dilakukan setiap hari Rabu dan Sabtu. Foto: Ari Saputra

Ada ahli yang beranggapan bahwa penduduk Rote sebelumnya bermigrasi dari Pulau Seram di Maluku. Menurut sejarah, ada seorang Portugis pada abad ke 15 yang mendaratkan perahunya di suatu pulau, kemudian ia bertanya kepada seorang nelayan mengenai nama dari pulau tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nelayan yang ditanya kemudian menyebutkan namanya sendiri yaitu Rote. Sehingga orang Portugis tersebut berpikir bahwa pulau tersebut adalah Pulau Rote.

Dalam arsip pemerintahan Hindia Belanda, Pulau Rote dituliskan dengan nama 'Rotti atau Rottij' yang kemudian berubah menjadi 'Roti'. Namun, penduduk Rote yang memiliki sembilan dialek lebih sering menyebut 'Lote' khususnya bagi mereka yang tidak dapat menyebut huruf 'R'.

ADVERTISEMENT

Pada abad ke 16 dan 17 tercantum berbagai nama seperti 'Rotes' dan 'Enda' dalam dokumen Portugis. Tetapi pada awal abad ke-17, salah satu peta menyebutkan pulau ini dengan nama pribumi yaitu Noessa Dahena atau Nusa Dahena yang berasal dari dialek Rote di bagian timur.

Kemudian, pada pertengahan abad ke-17, Persatuan Dagang Hindia Belanda dalam dokumen-dokumennya menggunakan nama 'Rotti' dengan tiga ejaan yang berbeda yaitu 'Rotti', 'Rotty', dan 'Rotij' yang resmi digunakan sampai abad ke-20 lalu kemudian diubah menjadi 'Roti'.

Pada dokumen resmi pemerintah pulau ini menggunakan nama 'Rote' meskipun sebagian besar dokumen di pemerintah pusat menggunakan nama 'Roti'.

Nama Suku Pulau Rote

Perajin tenun di Rote NdaoPerajin tenun di Rote Ndao Foto: Moch Prima Fauzi/detikcom

Menurut laman resmi rotendaokab.go.id, penduduk yang tinggal di Pulau Rote menurut tradisi tertua adalah suku-suku kecil Rote Nes, Bara Nes, Keo Nes, Pilo Nes, dan Fole Nes. Suku-suku tersebut menempati wilayah kesatuan adat yang disebut dengan Nusak.

Semua Nusak yang berada di Pulau Rote Ndao disatukan dalam wilayah kecamatan. Bahasa yang digunakan oleh orang yang ada di Pulau Rote termasuk Rumbun bahasa Austronesia, dari Melayu-Polinesia Barat-Selatan yang kemudian terbagi dalam beberapa dialek.

Tradisi Pulau Rote

Potret keseruan Festival Generasi Cerdas (baik secara akademis dan non akademis) yang digelar di seluruh sekolah yang berada di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.Potret keseruan Festival Generasi Cerdas (baik secara akademis dan non akademis) yang digelar di seluruh sekolah yang berada di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Foto: Dok. Pemprov NTT

Tradisi ndai tasi atau mencari ikan di laut adalah aspek melekat dalam kehidupan masyarakat pesisir Rote. Lebih dari sekadar mencari makanan, aktivitas ini menjadi pondasi penghidupan bagi mereka.

Di masa lalu, ndai tasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan harian dengan mencari ikan dan hasil laut lainnya di pesisir atau daerah pasang surut. Hasil tangkapan yang berlebih dibagikan kepada tetangga dan keluarga karena dianggap berharga untuk dibagi, bukan untuk disimpan.

Tradisi ini terutama dilakukan saat laut surut jauh atau 'meting besar', melibatkan seluruh anggota keluarga. Interaksi dengan pelaut pendatang, khususnya dari Sulawesi yang mencari hasil laut di perbatasan Australia, telah memengaruhi tradisi ini.

Salah satu hasilnya adalah perdagangan layar perahu, di mana kain gewang produksi lokal dijual kepada pelaut pendatang sebagai layar perahu. Dengan demikian, ndai tasi tidak hanya sebagai cara mencari penghidupan, tetapi juga menjadi elemen penting dalam interaksi sosial dan ekonomi antara masyarakat Rote dengan pelaut pendatang.

Kondisi Geografis Pulau Rote

Kabupaten Rote Ndao terletak di Selatan Indonesia. Kabupaten ini merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Kupang yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2002 dan secara administratif sampai dengan tahun 2019, Kabupaten Rote Ndao terdiri atas 10 kecamatan, 112 desa, dan 7 kelurahan.

Secara geografis, Pulau Rote berada diantara Benua Asia dan Benua Australia. Pulau Rote juga berada diantara Laut Sawu dan Samudera Hindia yang terdiri atas 107 buah pulau dengan 8 pulau berpenghuni, dan 99 pulau lainnya yang belum berpenghuni.

Pulau Rote memiliki batas-batas wilayah seperti berikut:

- Sebelah Timur : Selat Pukuafu
- Sebelah Selatan : Samudra Hindia
- Sebelah Barat : Laut Sawu
- Sebelah Utara : Laut Sawu

Jika dilihat dari posisi geografis dan kondisi wilayahnya, Pulau Rote memiliki potensi daratan dan juga bahari yang besar. Pulau Rote memiliki luas wilayah perairan dengan total kurang lebih 330 kilometer (km). Pulau Rote juga memiliki beberapa pantai yang eksotik.

Alat Musik Pulau Rote

Sasando adalah alat musik khas Nusa Tenggara Timur. Yuk kita lihat proses pembuatan alat musik daerah ini.Sasando adalah alat musik khas Nusa Tenggara Timur. Yuk kita lihat proses pembuatan alat musik daerah ini. Foto: Rachman Haryanto

Sasando adalah salah satu alat musik tradisional yang berasal dari Rote yang bisa dikatakan mendunia. Hal ini karena Sasando telah menjadi salah satu alat musik yang diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia ke kancah Internasional pada saat KTT ke 42 ASEAN.

Sasando memiliki setidaknya tiga varian yang populer: sasando gong (versi autentik dengan 12 dawai dari tali senar nilon), sasando biola (Dengan 48 dawai, bentuknya lebih besar dan menghasilkan suara halus seperti biola), dan sasando elektrik (Terdiri dari 30 dawai, tetapi dengan tambahan perangkat elektronik).

Wisata di Pulau Rote

Sejumlah wisatawan berkunjung ke Pantai Batu Pintu di Desa Bo'A, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, NTT, Sabtu (20/11/2021). Dinas Pariwisata Kabupaten Rote Ndao tengah mengembangkan sejumlah lokasi wisata laut yang berbatasan langsung dengan perairan Australia. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/wsj.Sejumlah wisatawan berkunjung ke Pantai Batu Pintu di Desa Bo'A, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, NTT, Sabtu (20/11/2021). Dinas Pariwisata Kabupaten Rote Ndao tengah mengembangkan sejumlah lokasi wisata laut yang berbatasan langsung dengan perairan Australia. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/wsj. Foto: ANTARA FOTO/Kornelis Kaha

Pantai Nembrala, adalah salah satu destinasi andalan di Rote. Bahkan pantai ini cukup dikenal di kalangan wisatawan baik dari Australia, Eropa bahkan Amerika.

Pantai ini cukup populer untuk kalangan para peselancar. Hal ini dikarenakan ombak yang dihasilkan sangatlah bagus dan mendukung kegiatan mereka dalam berselancar.

Lebih lagi, Pantai ini dijuluki sebagai Surga Peselancar Dunia.

Suasana di pantai ini juga masih jauh dari keramaian, sehingga memberi kesan lebih privat dan damai. Bukan hanya dimanjakan dengan air laut yang biru dan pasir yang putih, ombak yang dihasilkan pantai ini bisa mencapai 7 meter pada Agustus hingga Oktober.
Penginapan di sekitar pantai ini juga masih tergolong murah, tarif yang ditawarkan mulai dari puluhan hingga ratusan ribu rupiah saja permalamnya.

Di sekitar Pantai Nembrala juga terdapat Pantai Bo'a dan Pulau Ndana. Keindahan Pantai Bo'a juga tidak jauh berbeda dengan Nembrala.

Artikel ini ditulis oleh Husna Putri Maharani dan Rusmasiela Mewipiana Presilla peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads