Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengevakuasi 10 anak buah kapal (ABK) MV Da Hao yang mengalami kebakaran di peraiaran Banda, Provinsi Maluku. Insiden itu terjadi sekitar pukul 13.00 Wita pada Minggu (28/4/2024).
Setelah tiba di Pelabuhan Tenau, Kota Kupang, para ABK itu langsung mendapat pemeriksaan kesehatan dari tim medis. Mereka kemudian dipersilakan keluar dari kapal untuk dibawa ke tempat penampungan.
"Kami lakukan evakuasi terhadap 10 orang ABK, yang mana mengalami kebakaran kapal saat berlabuh di laut," ujar Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Kupang, I Putu Sudayana kepada detikBali di Pelabuhan Tenau, Senin (29/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudayana menjelaskan Basarnas Kupang awalnya menerima informasi kebakaran kapal itu dari kru kapal Maran Gas Psara. Dari 10 ABK, itu dua di antaranya adalah warga negara China.
Adapun identitas 10 ABK yang dievakuasi, yakni Mulyoto (53), Muhammad Zaky Dzulfikar (30), Susilo Adil (60), Rahmat Kururniawan (25), Danang Dwiyanto (25), Iwan Setiawan (49), Kurniawan (31), Muhammad Farhan Kapitan Bela (21), Wang Kai Gui (58), dan Sun Yu Yan (55).
Menurut Sudayana, lokasi terbakarnya kapal MV Da Hao masuk wilayah Kantor SAR Kendari. Ia mengaku telah berkoordinasi dengan Kantor SAR Ambon dan Maumere, NTT.
Saat Basarnas Kupang hendak menuju lokasi kejadiaan, semua ABK sudah diselamatkan oleh kapal tanker Maran Gas Psara yang sedang berlayar dari Singapura menuju Australia. Basarnas Kupang, Sudayana melanjutkan, sempat meminta agar para ABK itu dibawa ke Dili, Timor Leste, demi memudahkan proses evakuasi.
"Namun, setelah kami berkoordinasi, justru mereka membawa ke Kupang," jelas Sudayana.
Sudayana menuturkan Basarnas Kupang kembali berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti Lantamal VII Kupang, Polairud Polda NTT, KSOP, Bakamla, Imigrasi Kupang, dan Pelindo. Ternyata, Bakamla Ambon sudah terlanjur menerjunkan KM Marore untuk mengejar kapal Maran Gas Psara yang hendak masuk ke wilayah Australia.
Proses pengejaran baru dapat dilakukan di perairan Atambua, Kabupaten Belu. Setelah itu, Basarnas Kupang langsung mengevakuasi 10 ABK itu dari KM Marore ke KN SAR Antareja milik Basarnas Kupang.
"Proses evakuasinya berjalan dengan lancar karena kolaborasi yang baik dari semua pihak," ungkap Sudayana.
Basarnas Kupang, Sudayana melanjutkan, sudah berkoordinasi dengan Dinas Sosial NTT agar para ABK itu ditempatkan di rumah penampungan sementara. Sementara itu, dua WNA asal China yang turut menjadi kru kapal terbakar itu akan diserahkan ke Kantor Imigrasi Kupang.
"Semuanya akan nginap di sana (Dinas Sosial NTT) sambil menunggu pemeriksaan lanjutan dari KSOP Kupang dan instansi terkait," pungkasnya.
Kepala Seksi Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli KSOP Kupang, Antonius Nitbani, masih memeriksa nakhoda kapal terbakar tersebut. Hal itu dilakukan untuk mengetahui kelengkapan izin operasional dan kelayakan berlayar.
"Setelah ini, kami akan periksa dulu supaya bisa tahu apakah kapalnya layak untuk beroperasi atau tidak," kata Antonius.
Dia menambahkan kapal itu merupakan kapal kargo yang rutin melaksanakan pelayaran dari Manokwari, Papua Barat, ke Dili, Timor Leste, maupun sebaliknya. "Karena kapalnya pergi pulang Timor Leste, maka saat ini pemeriksaannya harus berkala," tandas Antonius.
(iws/hsa)