Mujur 'Barang Antik Megawati' Lolos ke Senayan Setelah PPP Gugur

Round Up

Mujur 'Barang Antik Megawati' Lolos ke Senayan Setelah PPP Gugur

Tim detikBali - detikBali
Kamis, 21 Mar 2024 10:11 WIB
Ketua PDIP NTB Rachmat Hidayat
Ketua PDIP NTB Rachmat Hidayat. (Foto: Helmy Akbar/detikBali)
Mataram -

Ketua DPD PDIP NTB, Rachmat Hidayat, ketiban mujur setelah PPP dinyatakan tak lolos ke Senayan. Pria yang dijuluki 'barang antik Megawati' itu dipastikan melenggang ke DPR dari dapil NTB II Pulau Lombok.

Diketahui, PPP dinyatakan tak menembus ambang batas parlemen 4%. Otomatis, semua caleg PPP yang sebelumnya dinyatakan mendapat kursi, harus rela meninggalkannya.

'Kesialan' para caleg PPP itu malah menjadi 'mujur' bagi Rachmat. Dia dipastikan mendapat kursi terakhir dari dapil itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, pada hasil rekapitulasi suara Pemilu 2024 untuk Pileg DPR RI Dapil NTB II, PDIP bertengger di urutan kesembilan dari delapan kursi yang ada.

PDIP mengoleksi 134.184 di Dapil NTB II. Rachmat Hidayat menjadi peraih suara terbanyak di internal PDIP dengan 73.679 suara. Suara PDIP terpaut 12.878 suara dengan Partai NasDem yang berhak atas kursi terakhir dari dapil NTB II.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, PPP yang tak lolos PT meraih 173.716 suara, dengan pemilik suara terbanyak Ermalena dengan 52.747 suara di kursi keempat.

Sebagai informasi, berdasarkan hasil rekapitulasi tingkat nasional yang dilakukan KPU terhadap perolehan suara di 38 provinsi dan 128 wilayah luar negeri pada Rabu (20/3/2024) malam, PPP mendapatkan 5.878.777 suara.

Adapun, jumlah suara sah Pileg DPR 2024 mencapai 151.796.630 suara. Ini artinya PPP hanya meraup 3,87 persen suara.

Dengan mengacu pada Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu disebutkan partai politik yang gagal meraup sedikitnya 4 persen suara sah nasional tidak dapat mengonversi suaranya menjadi kursi di Senayan.

Berikut delapan partai politik beserta peraih suara terbanyak caleg yang berhasil mengamankan kursi Pileg DPR RI dari Dapil NTB II Pulau Lombok hasil rekapitulasi suara nasional:

  1. Partai Gerindra 347.607 suara, pemilik suara terbanyak yakni Lale Syifaunnufus dengan 135.619 suara.
  2. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 222.225 suara, pemilik suara terbanyak yakni Abdul Hadi dengan 78.765 suara.
  3. Partai Golkar 206.000 suara, pemilik suara terbanyak yakni Sari Yuliati dengan 119.444 suara.
  4. Partai Amanat Nasional (PAN) dengan 166.161 suara, peraih suara terbanyak yakni Muazzim Akbar dengan 48.827 suara.
  5. Partai Demokrat dengan 163.985 suara, peraih suara terbanyak yakni Nanang Samodra dengan 60.366 suara.
  6. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 160.823 suara, peraih suara terbanyak yakni Lalu Hadrian Irfani dengan 71.941 suara.
  7. Partai NasDem 147.062 suara, peraih suara terbanyak yakni Fauzan Khalid dengan 59.569 suara.
  8. PDIP 134.184 suara, peraih suara terbanyak yakni Rachmat Hidayat dengan 73.679 suara.

PPP Tunggu Keajaiban

Sekretaris DPW PPP NTB Mohammad Akri merespons partainya yang tak lolos ambang batas parlemen di Pileg 2024. Saat ini, pihaknya meminta seluruh pihak menghormati proses yang tengah dilakukan DPP PPP. Terutama terkait upaya melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Akri mengaku DPW PPP NTB saat ini berharap ada keajaiban agar kader partainya tetap bisa duduk di Senayan.

"Mudah-mudahan ada keajaiban. Masih ada langkah lain. Ini ranah DPP bagaimana PT ini bisa masuk," harap Akri saat dikonfirmasi pada Kamis (21/3/2024).

Anggota DPRD NTB itu mengaku Provinsi NTB telah maksimal menyumbangkan suara untuk Pileg DPR RI. Sebagaimana diketahui, untuk Pileg DPR RI dapil NTB II Pulau Lombok, PPP sebetulnya berhasil mengamankan kursi jika lolos ke Senayan.

Bahkan, suara akumulatif PPP berada di urutan ke empat dengan raihan 173.716 suara. Adapun pemilik suara terbanyak yakni Wakil Ketua Umum PPP Ermalena dengan 52.747 suara. Sementara untuk dapil NTB I Pulau Sumbawa, PPP mengoleksi 17.483 suara.

"NTB maksimal memberikan suara. Kemudian kalau tidak masuk PT berarti urusan dapil (provinsi) lain," terang Akri.

Akri enggan berspekulasi perihal alasan mengapa PPP tak lolos PT untuk pertama kali dalam sejarah. Namun, dirinya tak menampik bahwa koalisi dukungan di pilpres kepada paslon yang kalah (Ganjar Pranowo-Mahfud Md) bisa jadi salah satu alasan PPP tersingkir dari parlemen.

"Ini masalahnya tidak tahu ini apa efek pilpres atau apa. Tapi ia bisa jadi (efek pilpres)," papar ketua Fraksi PPP DPRD NTB itu.

Dilansir dari detikNews, Ketua DPP PPP Achmad Baidowi atau Awiek mengaku terkejut lantaran PPP gagal memenuhi ambang batas untuk melaju ke Senayan. Awiek menyebut hasil rekapitulasi KPU berbeda dengan hasil internal PPP.

"Tentu kami terkejut dengan hasil rekapitulasi secara bertentangan karena tidak sesuai berbeda dengan data internal kami," kata Awiek di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (20/3/2024).

Meski begitu, Awiek mengatakan pihaknya tetap menghormati proses yang telah berjalan di KPU. Dia menyebut pihaknya akan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).

"Kami memiliki waktu tiga hari, setelah pengumuman resmi dari KPU untuk mengajukan gugatan Mahkamah Konstitusi," ujarnya.

"Dalam gugatan di Mahkamah Konstitusi, kami ingin mengembalikans suara PPP yang hilang," sambung dia.

Menurutnya, dari hasil rekapitulasi internal, PPP dapat mencapai 4,04% atau melampaui ambang batas parlemen sebesar 4%. Namun, kata dia, hasil perolehan suara KPU ternyata berbeda dengan hasil internal.

"Yang jelas data-data kami sangat lengkap dan ketika nanti menggugat ke Mahkamah Konstitusi semuanya akan kami lampiran bukti bukti tersebut," paparnya.

Awiek menuturkan ada selisih 100 ribu-150 ribu suara dari hasil internal PPP dan rekapitulasi KPU. Awiek memastikan pihaknya akan memperjuangkan selisih suara tersebut.

"Ada selisih sekitar 100 sampai 150 ribu suara. Dan kami ingin itu bisa membuktikan semua, di mana pergeseran-pergeseran suara itu. Tentu kami akan all out di Mahkamah Konstitusi," tuturnya.




(dpw/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads