Fakta-fakta Mundurnya Caleg DPR Terpilih Ratu Wulla yang Kalahkan VBL

Round Up

Fakta-fakta Mundurnya Caleg DPR Terpilih Ratu Wulla yang Kalahkan VBL

Tim detikBali - detikBali
Kamis, 14 Mar 2024 10:40 WIB
Kolase Viktor Bungtilu Laiskodat (kanan) dan Ratu Ngadu Bonu Wulla (kiri). (detikcom)
Foto: Kolase Viktor Bungtilu Laiskodat (kanan) dan Ratu Ngadu Bonu Wulla (kiri). (detikcom)
Kupang -

Calon legislatif (caleg) DPR RI, Ratu Ngadu Bonu Wulla, mengundurkan diri dari pencalegan. Video pengunduran diri yang disampaikan saksi Partai NasDem viral di aplikasi perpesanan WhatsApp.

Mundurnya Ratu diduga karena adanya transaksi politik. Sebab, Ratu mengalahkan Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) yang merupakan salah satu simbol NasDem.

Sesuai hasil pleno rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat meraih 65.359 suara. Sementara Ratu Wulla mampu meraup 76.331 suara. Selisih suara keduanya terpaut 10.972 suara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut fakta-fakta pengunduran diri Ratu Wulan.

Disampaikan Saat Pleno Rekapitulasi Tingkat Nasional

Video saksi Partai NasDem yang menyebutkan mundurnya Ratu Wulla sebagai caleg DPR RI berdurasi 1 menit 11 detik. Pernyataan saksi atas mundurnya Ratu Wulla diduga disampaikan dalam rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan peroleh suara tingkat nasional serta penetapan hasil Pemilu 2024.

"Saya saksi dari Partai NasDem mau menyampaikan kepada KPU ada surat dari ketua umum dan nanti disampaikan kepada Bawaslu RI, terkait dengan pengunduran diri anggota DPR RI Nomor 5 di NTT II, dan untuk suratnya akan kami sampaikan dan pengunduran ini atas kehendak yang bersangkutan dan di atas materai," ujar saksi tersebut dalam video yang beredar.

NasDem NTT Belum Tahu

Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai NasDem NTT Yusak Meok mengaku belum mengetahui terkait mundurnya Ratu Wulla sebagai caleg DPR RI. Pernyataan itu disampaikan Yusak saat dikonfirmasi detikBali, Selasa (12/3/2024).

"Kami belum mengetahui secara pasti soal itu," ujar Yusak Meok melalui sambungan telepon.

VBL Berpotensi Lolos ke Senayan

VBL berpotensi melenggang ke Senayan karena setelah mundurnya Ratu Wulla, suara dia terbanyak untuk NasDem. Komisioner KPU NTT, Baharudin Hamzah, mengatakan terkait pengunduran diri calon legislatif DPR RI merupakan domain KPU RI untuk memberikan keterangan.

"Saat ini masih dalam tahapan rekapitulasi di tingkat KPU RI. Dan KPU NTT, tidak berhak untuk menyampaikan hal itu, yang berhak sampaikan itu KPU RI karena yang bersangkutan merupakan caleg DPR RI," ujar Baharudin, Rabu (13/3/2024).

Baharudin menambahkan sesuai aturan dan regulasi setiap caleg yang mengundurkan diri, suaranya tetap diakomodasi partai, namun untuk posisi yang menggantikan yakni suara terbanyak kedua setelahnya.

"Sesuai mekanisme di KPU, siapapun yang lolos namun mengundurkan diri atau diganti oleh sebab apapun maka yang akan menggantikan yakni suara terbesar sesudah yang bersangkutan," jelas Baharudin.

Walhasil VBL berpotensi maju ke Senayan, lokasi gedung DPR, karena mantan gubernur NTT itu menduduki peringkat di bawah Ratu Wulla sebagai caleg NasDem di Dapil II NTT. Adapun, di Dapil II, NasDem hanya bisa menempatkan satu kursi di DPR.

Pengamat Sebut Ratu Rela Mundur untuk Dapat Keuntungan Lebih Besar

Pengamat politik Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Raja Muda Bataona menilai Ratu Wulla mundur sebagai caleg DPR RI untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar. Sebab, tidak mungkin seorang politikus rela kehilangan jabatan jika tidak ada sesuatu yang menguntungkan.

"Jadi, apabila dibuat semacam hipotesis akademik tentang pengunduran diri Ratu Wulla ini, maka jawaban paling masuk akal adalah pasti ia rela kehilangan untuk mendapat sesuatu yang lebih besar dari itu," terang Mikhael dalam sambungan telepon kepada detikBali, Selasa (12/3/2024).

Menurut Mikhael, mundurnya Ratu Wulla merupakan suatu bargaining (tawar-menawar) politik yang menguntungkan, baik bagi dirinya ataupun keluarga. Jika tidak, Ratu Wulla tentunya tidak akan mundur setelah lolos menjadi anggota DPR RI dari NTT.

"Jika tidak, tentu saja ia tidak akan mundur. Karena hal ini berkaitan dengan martabat, harga diri, dan habitus politisi, yaitu merebut kekuasaan lalu melipatgandakan kekuasaan itu. Bukan kehilangan," jelas Mikhael.

"Jadi, dalam bacaan saya, ini murni sebuah praktik politik take and give biasa yang merepresentasikan rumus sederhana dalam politik praktis, yaitu tidak ada makan siang yang gratis," tambahnya.




(nor/gsp)

Hide Ads