Kepala Dinas Sosial Manggarai Timur, Matias Mingga, membela Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini. Menurut dia, marahnya Risma kepada puluhan pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di daerah tersebut seperti teguran seorang ibu kepada anaknya.
Matias menjelaskan teguran dari Risma dapat memacu kinerja pendamping PKH menjadi lebih baik. "Kami melihatnya positif saja, sebagai bentuk teguran keras seorang ibu kepada anak-anaknya," katanya, Senin (26/2/2024).
Risma memarahi pendamping PKH saat kunjungan kerja di Desa Golo Wune, Kecamatan Lambaleda Selatan, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Minggu (25/2/2024). Berikut ini fakta-fakta terkait peristiwa tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemarahan Risma Dipicu Permintaan Motor Trail
Kemarahan Risma dipicu aspirasi seorang pendamping PKH yang meminta motor trail dalam menjalankan tugasnya untuk bisa menjangkau wilayah yang sulit. Padahal, Mensos mendapatkan informasi terkait keluarga kurang mampu justru dari media, bukan dari pendamping PKH.
Risma kemudian membandingkan dengan kinerja para pendamping PKH di Papua yang bisa melaksanakan tugasnya tanpa motor trail. Menurut dia, pendamping PKH di Papua Pegunungan bahkan rela berjalan kaki tiga hari dua malam demi mencari sinyal untuk mengomunikasikan kebutuhan warga kepada Mensos melalui video call.
"Jangan ketawa, saya ngomong serius ini. Saya nggak pernah dapat laporan dari kalian masalah-masalah seperti ini. Dosa kalian semua! Dosa kalian!" kata Risma kepada para PKH saat kunjungan kerja ke Desa Golo Wune.
Warga Mendukung Risma yang Marah kepada Pendamping PKH
Nansi T, salah satu warga Desa Golo Wune yang hadir dalam dialog tersebut, mendukung sikap Risma yang memarahi para pendamping PKH. Menurut Nansi, para pendamping PKH sudah digaji oleh negara.
"Mereka (pendamping PKH) sudah digaji negara, tetapi masih minta motor. Apalagi menteri sosial datang ke kampung kami untuk melihat dan bertemu dengan masyarakat kurang mampu, bukan untuk menerima keluhan mereka pendamping PKH," ujar Nansi.
Pendamping PKH Disebut Jarang Menemui Warga
Menurut Nansi, pendamping PKH jarang bertemu dengan warga kurang mampu di desa setempat. Ia menyebut para pendamping PKH mengambil data warga kurang mampu dari kepala desa dan tidak melihat kondisi riil di lapangan.
"Pendamping PKH jarang bertemu orang-orang miskin apalagi yang rumah reyot. Di kampung ini, tunggu ada berita media massa baru pendamping PKH datang ke rumah warga yang rumahnya reyot," imbuh Nansi.
Jumlah Pendamping PKH Timpang dengan Keluarga Penerima Manfaat
Kepala Dinas Sosial Manggarai Timur, Matias Mingga, menuturkan perbandingan pendamping PKH dengan keluarga dampingan tidak proporsional. Terdapat sekitar 63 pendamping PKH di Manggarai Timur. Namun, jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) mencapai 26.000.
"Menurut peraturan, satu pendamping PKH itu untuk menangani 250 keluarga. Sehingga dimaklumi jika ada (keluarga miskin) yang tidak sempat diketahui atau tidak sempat didata," kata Matias.
Matias menambahkan pendamping PKH membuat laporan. Hanya laporan itu disampaikan melalui sistem yang dimiliki pendamping PKH. Namun, ada juga keluarga miskin yang tidak terlaporkan dan justru diberitakan oleh media massa.
Permintaan Motor Trail Dianggap Realistis
Matias Mingga berpendapat permintaan fasilitas motor trail dari para pendamping PKH cukup realistis. Apalagi, medan di Manggarai Timur cukup terjal, sehingga motor trail dapat mempermudah kerja dari para pendamping PKH.
Matias mengimbuhkan para pendamping PKH juga ikut mendampingi saat pencairan bantuan seperti Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan kegiatan penanganan stunting. "Selama ini mereka menggunakan kendaraan pribadi," jelas Matias.
(gsp/dpw)