Mengenal Suku Bali Mula, Komunitas Asli Pulau Dewata

Mengenal Suku Bali Mula, Komunitas Asli Pulau Dewata

Trimina Klara - detikBali
Senin, 15 Des 2025 08:36 WIB
Mengenal Suku Bali Mula, Komunitas Asli Pulau Dewata
Foto: Remaja di Desa Tenganan Pagringsingan, Karangasem. Desa ini adalah salah satu komunitas Suku Bali Mula di Pulau Dewata.(Getty Images/Agung Parameswara)
Denpasar -

Bali yang dikenal sebagai destinasi wisata yang kaya akan budaya, alam yang memesona, dan masyarakatnya yang ramah memiliki komunitas kuno. Mereka adalah Suku Bali Mula atau Bali Aga. Kelompok masyarakat ini diyakini sebagai penduduk Bali asli.

Siapa Suku Bali Mula?

Suku Bali Mula adalah suku asli Bali yang sudah menempati Pulau Dewata jauh sebelumnya migrasi runtuhnya Majapahit. Suku ini mendiami wilayah pegunungan, seperti Kintamani, Buleleng dan Karangasem.

Sebutan untuk suku asli Bali ini memang dikenal dengan dua istilah, yakni Suku Bali Mula (Bali Asli) dan Bali Aga (Bali Pegunungan). Namun, mereka tidak terlalu menyukai dipanggil dengan sebutan Bali Aga karena terkesan merendahkan.

Bali Mula ini disebut-sebut berasal dari bangsa Austronesia yang merupakan daerah Tonkin, China. Mereka dahulunya datang dengan menggunakan kapal bercadik mengarungi laut sampai akhirnya tiba di Pulau Bali sekitar 2000 Sebelum Masehi (SM).

Kelompok bangsa Austronesia dikenal memiliki kreativitas yang tinggi. Hal itu terbukti dari hiasan sarkofagus dan neraka yang masih disimpan hingga saat ini.

Kepercayaan dan Tradisi Suku Bali Mula

Penduduk asli Bali ini dahulunya tidak mengenal agama. Mereka hanya menyembah leluhur mereka yang disebut sebagai 'hyang'. Tradisi menyembang hyang ini berlangsung hingga abad ke-4 Masehi sampai beberapa pemuka dari India masuk ke Bali.

Keunikan lainnya adalah, penduduk Bali Mula memiliki perbedaan dengan keturunan Majapahit. Salah satunya Suku Bali Mula tidak mengenal ngaben atau membakar jasad yang sudah meninggal. Tradisi mereka adalah dengan mengubur jasad atau disebut juga dengan beya tanem.

Suku Bali Mula juga tidak mempunyai sistem kasta seperti masyarakat Bali lain. Mereka hanya membaginya atas laki-laki dan perempuan, tidak mengikuti para pendeta Brahmana atau pedanda. Mereka juga tidak menggunakan kata-kata suci (mantra) dan sangkret ketika sembahyang, juga tidak memilih pemimpin desa dari kecerdasannya.

Warga Bali Mula masih bisa bisa jumpai di desa-desa kuno, seperti di Trunyan dan Tenganan Pegringsingan. Warga Bali Mula di Desa Trunyan memiliki tradisi pemakaman yang unik. Mereka hanya meletakkan jenazah-jenazah di bawah sebuah pohon besar bernama taru menyan. Jenazah tersebut tidak akan berbau karena kayu atau pohon tersebut mengeluarkan bau harum.

Bagi masyarakat Bali Mula, kelestarian budaya adalah sesuatu yang sangat dijaga. Maka, beberapa komunitas tidak mengizinkan warganya untuk menikah dengan kelompok lain di luar desa mereka. Jika melanggar, maka warga tersebut akan di keluarkan dari desa tanpa mendapatkan hak-hak dari keluarganya. Tidak heran jika banyak pernikahan di dalam keluarga masih di lakukan, asal tidak melebihi silsilah empat generasi.

Ciri Khas Suku Bali Mula

  1. Memiliki sistem desa yang tertutup, aturan yang ketat demi menjaga kemurnian budaya.
  2. Struktur rumah adat yang khas terbuat dari tanah liat, kayu dan bamboo, dengan penataan ruang mengikuti filosofi adat mereka.Ritual dan upacara adat yang beragam, seperti ritual
  3. Usaba Sambah, ritual pemakaman terbuka, dan ritual panen.
  4. Bahasa dan logat yang berbeda dari komunitas Bali umumnya. Dialek yang mereka miliki kental dengan unsur bahasa Austronesia.
  5. Tidak memiliki sistem kasta seperti masyarakat Bali umum. Kepemimpinan juga ditentukan berdasarkan kesepakatan adat bukan kasta.
Halaman 2 dari 4


Simak Video "Video Keseruan Omed-omedan, Tradisi Turun Temurun di Bali Setelah Nyepi"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/dpw)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads