Seorang guru SD Inpres Tonda, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rosdiana (50) diduga dilempar kursi dan piring oleh kepala sekolah, Haerul. Tak terima atas perlakuan kepsek itu, anak korban menyegel sekolah.
"Kejadian ibu saya dilempar kursi kayu dan piring kaca oleh kepsek di sekolah, siang tadi," ungkap anak Rosdiana, Fanis Ramadhani kepada detikBali, Senin (19/2/2024).
Fanis mengatakan aksi penganiayaan itu bermula saat Rosdiana beserta guru lain dengan duduk bersama Haerul. Kepsek itu tiba-tiba meledek ibunya karena tak bisa menginput nilai rapor siswa ke laptop.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merasa diledek, Rosdiana lantas menjawab bahwa nilai rapor sudah diinput dengan bantuan operator sekolah. Namun kepsek juga mengaku telah menyuruh orang dari luar sekolah untuk menginput semua nilai.
"Ngapain harus suruh orang luar, sementara di sekolah ada operator," kata Fanis mengutip dari pengakuan ibunya.
Mendengar jawaban ibunya itu, menurut Fanis, Haerul tiba-tiba melempar ibunya dengan kursi kayu. Lemparan itu tepat mengenai kaki ibunya.
"Kepsek kembali melempar dengan menggunakan piring kaca dan mengenai tangan ibu saya," kata Fanis.
Akibat terkena lemparan, ibunya langsung menangis histeris. Tangisan karena tak kuat menahan rasa sakit itu, didengar oleh adik korban bernama Bunyamin yang kebetulan sedang bekerja di dekat sekolah.
"Adik ibu saya datang ke sekolah, sementara kepsek langsung pergi," ujarnya.
"Kasusnya juga telah dilaporkan ke Polsek Madapangga," imbuhnya.
Selain melapor ke polisi, dugaan penganiayaan itu juga berbuntut penyegelan. Fanis mengungkapkan kakaknya langsung menyegel ruang guru, perpustakaan, dan ruang kepsek dengan kayu.
"Sudah disegel. Kakak saya menuntut agar kepsek dipecat," ujar Fanis.
Kapolsek Madapangga Ipda Kader membenarkan kejadian itu. Dia mengatakan, dugaan penganiayaan yang dilakukan kepsek terhadap guru SD Inpres Tonda telah dilaporkan ke polsek.
"Iya benar. Sudah dilaporkan tadi siang. Kami periksa dulu saksi-saksi," imbuh Kader.
Kepsek SD Inpres Tonda, Haerul, belum memberikan tanggapan soal masalah ini.
(dpw/dpw)