Ribuan hektar sawah di sejumlah tempat di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), tak bisa ditanami sejak tahun lalu bukan hanya disebabkan kekeringan akibat fenomena El Nino, tapi juga karena adanya perbaikan irigasi.
Ribuan warga di Manggarai Barat kini terancam kelaparan karena perbaikan irigasi oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) NTT tak kunjung selesai.
Perbaikan saluran irigasi yang ditargetkan selesai akhir Desember 2023 itu kini diperpanjang hingga tiga bulan ke depan. Petani kembali tak bisa mengolah sawah mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu saluran irigasi yang diperpanjang perbaikannya adalah irigasi Nggorang, Sungai Wae Mese di Desa Nggorang, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat. Warga Desa Nggorang terdampak perbaikan saluran irigasi itu kini meminta bantuan beras kepada Satuan Tugas (Satgas) Ketahanan Pangan Kabupaten Manggarai Barat.
Wakil Bupati Manggarai Barat Yulianus Weng menginstruksi Satgas Ketahanan Pangan segera turun ke lokasi untuk mengecek kondisi di lapangan mengenai data warga yang terkena dampak perbaikan saluran irigasi tersebut.
"Tim Satgas Ketahanan Pangan segera turun mengecek data di lapangan untuk mengetahui kepastian data yang terkena dampak akhibat perpanjang pengerjaan saluran irigasi ini," kata Weng dalam keterangannya, Sabtu (20/1/2024).
Weng mengatakan Satgas Ketahanan Pangan harus bergerak cepat karena sudah ada laporan perpanjangan perbaikan irigasi dari Pemerintah Desa Nggorang. Demikian juga ada permohonan bantuan beras dari warga terdampak perbaikan saluran irigasi itu.
"Sudah adanya laporan yang di sampaikan oleh Kepala desa Nggorang tentang perpanjangan pengerjaan saluran irigasi Ngorang Wae Mese. Juga ada permohonan bantuan beras karena petani gagal tanam akhibat pengerjaan irigasi tersebut. Ini harus direspon cepat oleh Satgas Ketahanan Pangan," tegas Weng.
Sebelumnya Satgas Ketahanan Pangan telah menerima permohonan bantuan beras dari kepala Desa Nggorang, dan surat laporan terkait adanya perpanjangan pengerjaan irigasi di wilayah desa Nggorang.
Surat itu ditujukan kepada empat kepala Desa di Kecamatan Komodo yang terkena dampak perpanjangan perbaikan saluran irigasi itu, yakni Desa Nggorang, Desa Watu Nggelek, Desa Compang Longgo, dan Desa Golo Bilas. Dalam surat itu, Satker meminta diberi kesempatan kepada pihak yang mengerjakan irigasi tersebut untuk selambat-lambatnya 90 hari kalender menyelesaikan pekerjaan tersebut yang semula ditargetkan selesai di akhir 2023.
Weng mengungkapkan terdapat 451 Kepala Keluarga (KK) berstatus petani menjadi terdampak perpanjangan pengerjaan saluran irigasi di Desa Nggorang. Petani tidak bisa tanam karena sawah mereka tidak dialiri air yang bersumber dari irigasi yang sedang dikerjakan. Dalam hitung-hitungan dia, warga terdampak perpanjangan saluran irigasi itu bisa mencapai ribuan orang.
"Bisa dibayangkan kalau satu kepala keluarga terdiri dari empat orang dalam satu keluarga, misalnya saja suami, istri dan dua anak. 451 dikalikan empat sama dengan 1.804 orang. Kondisi ini baru satu desa, dan masih ada tiga desa lainnya yang terkena dampak dari pelaksanaan pekerjaan ini," teranya.
"Sebagai pemerintah, kami tidak bisa tinggal diam dan jangan saling menyalahkan. Satgas respons cepat, lakukan koodinasi dengan pihak bulog dan pihak terkait lainnya sembari perhatikan regulasi yang ada," tandas Weng.
Kondisi serupa juga terjadi di Kecamatan Lembor, Manggarai Barat. Ribuan hektar sawah belum juga bisa ditanam tahun ini karena perbaikan saluran irigasi tak kunjung selesai sesuai target pada akhir Desember 2023. Padahal petani sudah tak menanam sawahnya sejak dimulainya perbaikan irigasi itu tahun lalu.
Sebelumnya Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi sudah menyampaikan secara langsung kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto tentang adanya ancaman kelaparan di Manggarai Barat akibat perbaikan saluran irigasi yang tak kunjung selesai. Padahal daerah yang dipimpinnya menjadi lumbung pangan bagi NTT.
Karena perbaikan irigasi tak kunjung selesai, jelas Edi Endi, petani belum juga bisa menanam untuk tiga bulan ke depan. Padahal setahun sebelumnya, petani tak bisa mengolah sawahnya karena ada perbaikan irigasi itu
"Secara sepihak teman-teman dari Balai Sungai untuk masyarakat itu dilarang tanam khususnya di irigasi Wae Walang. Diberi kesempatan lagi kepada pihak ketiga yang mengerjakan itu untuk stop (tanam) selama 90 hari, itu sama dengan tiga bulan. Yang notabene tahun lalu itu full mereka (petani) tidak mengerjakan sawahnya. Kalau ditambah 90 hari lagi, itu artinya kelaparan itu saya pastikan terjadi di kabupaten ini," tegas Edi Endi.
Kondisi serupa juga terjadi pada ribuan hektar di kecamatan Lembor. Petani belum juga bisa mengolah sawahnya karena ada perpanjangan waktu perbaikan irigasi di sana.
"Termasuk di kecamatan saya di Lembor, tahun lalu sudah tidak mereka tanam lalu pihak ketiganya juga tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya sampai 31 Desember lalu, diperpanjang lagi. Yang artinya pemasok beras untuk kabupaten ini dan secara keseluruhan untuk NTT tahun ini itu sangat-sangat turun," ujar Edi Endi.
(dpw/dpw)