OSIS SMAN 1 Ambal Kupang Jual Minyak Kelapa demi 21 Balita Stunting

Kupang

OSIS SMAN 1 Ambal Kupang Jual Minyak Kelapa demi 21 Balita Stunting

Yufengki Bria - detikBali
Minggu, 21 Jan 2024 05:30 WIB
Pengurus Osis dan para guru di SMAN I Amfoang Barat Laut, Kabupaten Kupang, NTT saat memberikan makanan tambahan bagi 21 balita stunting, Rabu (17/1/2024). (Dok. Osis SMAN I Ambal).
Foto: Pengurus osis dan para guru di SMAN I Amfoang Barat Laut, Kabupaten Kupang, NTT saat memberikan makanan tambahan bagi 21 balita stunting, Rabu (17/1/2024). (Dok Osis SMAN I Ambal).
Kupang -

Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMA Negeri I Amfoang Barat Laut (Ambal), Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), memberi makanan tambahan untuk 21 balita stunting di pos I-III, Desa Oelfatu, Kecamatan Amfoang Barat Laut, Rabu (17/1/2024).

Diketahui, jumlah balita di NTT yang mengalami stunting sebanyak 63.804 orang pada 2023. Angka, itu mengalami penurunan sebesar 2,5 persen.

Sekretaris Osis SMAN I Amfoang Barat Laut, Epifania Baimnune menjelaskan dana itu diperoleh dari pengelolaan buah kelapa menjadi minyak goreng lalu dijual ke warga setempat. Hasil berjualan lalu digunakan berbelanja bahan makanan tambahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi, ini merupakan kerja sama peserta didik dengan para guru. Sehingga kami diminta untuk membawa buah kelapa masing-masing satu buah ke sekolah. Kemudian pengurus osis mengelolanya menjadi minyak goreng dan dijual," kata Epifania kepada detikBali, Rabu.

Epifania mengatakan kepedulian untuk penanganan stunting, itu berawal dari model penerapan pembelajaran Ggeografi secara kontekstual di sekolahnya seperti kekayaan sumber daya alam (SDA) harus dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Amfoang.

"Sehingga hasil jualan minyak goreng tersebut digunakan untuk menyukseskan program penanganan stunting melalui komunitas peduli gizi anak Amfoang yang dibentuk oleh osis SMAN I Amfoang Barat Laut," jelasnya.

Guru mata pelajaran geografi, Gusty Haupunu, menerangkan program tersebut sudah dilakukan sejak 2022 di saat terjadinya kelangkaan dan mahalnya harga minyak goreng di Kecamatan Amfoang Barat Laut.

"Jadi saat terjadinya kelangkaan minyak, saya sebagai pembina OSIS bersikap dengan memproduksi minyak kelapa secara mandiri. Selanjutnya program ini terus berlanjut hingga penanganan stunting," bebernya.

"Jadi ini hal ini merupakan bentuk kepedulian dari kami untuk tumbuh kembang dan kecerdasan anak di Amfoang," sambungnya.

Dengan adanya, Gusty melanjutkan, kegiatan seperti ini, maka model pembelajaran di kelas sudah diaplikasikan dalam penyelesaian persoalan di Desa dan bangsa pada umumnya. Sehingga para siswa mendapatkan materi tentang kesehatan, pemanfaatan SDA, peduli terhadap masalah sosial, bertanggung jawab, dan mandiri.

"Jadi belajar, itu tidak selamanya difokuskan di ruangan. Sehingga kelak, para siswa bisa menjadi pemimpin yang selalu berpihak pada masyarakat kecil," ungkapnya.

Ketua Komunitas Peduli Gizi Anak Amfoang, Priskila Tamelab, menambahkan, penanganan stunting tidak hanya dilakukan oleh puskesmas dan pemerintah desa. Namun, semua pihak harus berperan aktif agar bisa menekan angka stunting.

"Sehingga keterlibatan Osis sangat penting dalam penanganan stunting di Kecamatan Amfoang Barat Laut," kata Priskila kepada detikBali.

Diberitakan sebelumnya, siswa SMA Negeri 1 Amfoang Barat Laut mengolah buah kelapa menjadi minyak goreng alami. Gusty mengajari anak didiknya membuat minyak goreng sendiri. Ia mengungkapkan, pengolahan kelapa menjadi minyak goreng membutuhkan beberapa alat dan bahan.

Seperti parang, 180 buah kelapa tua, mol kelapa, tempat penampung, kain untuk memeras parutan kelapa, alat penyaring, kuali, daun pepaya, dan kunyit tua. Sekali produksi para siswa menghasilkan 14 liter minyak goreng, yang dijual Rp 10.000 per botol ukuran sedang.

"Dijual dengan harga murah agar membantu masyarakat, karena harga minyak goreng per liter berkisar Rp 25.000-30.000 per liter," jelas Gusty.




(hsa/hsa)

Hide Ads