Satu lagi warga Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), meninggal dunia karena digigit anjing rabies. Kali ini, seorang pasien suspek rabies bernama Yulius Benu asal Desa Boti, Kecamatan Kie, meninggal setelah dirawat karena digigit anjing peliharaan.
"Yang bersangkutan meninggal dunia karena gigitan anjing peliharaan yang sudah terinfeksi rabies," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten TTS Ria Tahun kepada detikBali, Sabtu (25/11/2023).
Yulius Benu meninggal dunia saat menjalani perawatan intensif di RSUD Soe, Kamis lalu (23/11), sekitar pukul 11.24 Wita. Dia merupakan korban ke-11 yang meninggal dunia karena rabies.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ria menjelaskan pria berusia 49 tahun itu digigit anjingnya saat hendak menggendong keponakannya yang sedang bermain di halaman rumah. Saat itu, Yulius dalam posisi tertunduk, tiba-tiba anjing itu datang dari belakang rumahnya langsung menggigitnya di kaki kanan sebanyak tiga kali. Kejadian itu terjadi pada 15 Juni 2023 sekitar pukul 15.00 Wita.
Luka gigitan itu di antaranya, satu menembus ototnya, sedangkan duanya hanya luka goresan. Setelah itu Yulius pun sempat mencuci bekas gigitan menggunakan sabun. Namun tidak melaporkan ke puskesmas untuk mendapatkan vaksin anti rabies (VAR).
Berselang dua hari, pihak keluarga berusaha menangkap anjing yang menggigit Yulius. Namun, adik kandung Yulius juga mendapat gigitan di bagian telapak tangan kanannya. Hal yang sama juga, dia tidak mencuci luka dan tidak melapor ke puskesmas.
Selanjutnya pada 19 November 2023, Yulius merasakan sakit di bagian pinggang kanan yang disertai keram hingga ke jari kakinya. Namun, Yulius membiarkan begitu saja dengan alasan cuman sakit biasa saja.
Kemudian pada 20 November 2023 sekitar pukul 21.00 Wita, Yulius mulai merasakan sesak napas di bagian dada dan merasa haus. Saat hendak ingin meminum air, Yulius tidak bisa menelan karena bagian dadanya terasa sesak. Gejala itu juga dirasakan saat membuang air kecil.
Karena kondisinya semakin parah, keluarga membawanya ke Puskesmas Kie pada 21 November 2023 sekitar pukul 16.00 Wita dengan keluhan gelisah, sulit minum air dan takut angin. Sehingga dirujuk lagi ke RSUD Soe atas persetujuan keluarganya.
Setiba di sana pada pukul 23.48 Wita, kondisinya masih sama. Sehingga pada Rabu 22 November 2023 sekitar pukul 09.32 Wita, petugas surveilans Dinas Kesehatan TTS melakukan konfirmasi ke RSUD Soe. Keadaan secara umum, Yulius masih sadar dan bisa bercerita tentang kejadian yang menimpanya.
Namun pada pukul 18.00 Wita, Yulius mengeluh sakit tenggorakan, sesak napas, takut angin, cahaya, dan air. Keadaan secara umum lemah, gelisah dan berteriak-teriak.
Berikutnya pada Kamis 23 November 2023 sekitar pukul 06.00 Wita, Yulius meminta diberikan makanan dan minuman. Setelah itu, mulai gelisah, berteriak hingga seluruh badannya berkeringat yang disertai ketakutan.
Sekitar pukul 11.20 Wita, petugas yang menjaga mendengar suara teriakannya terhenti. Petugas pun langsung memastikan dan mengeceknya. Namun tidak mendapat respons. Sehingga sempat dilakukan pemeriksaan nadi dan rekam jantung, tapi detaknya terhenti dan dinyatakan meninggal dunia.
"Jika dilihat dari gejala yang muncul dan masa inkubasi yang ada, maka korban mengalami gejala khas rabies awal di minggu ke-23 pascagigitan dan meninggal setelah 5 hari mengalami gejala khas rabies," jelasnya.
Diketahui Yulius merupakan korban ke-11, warga TTS yang meninggal dunia karena rabies sejak kasus pertama pada Mei 2023. Kasus meninggal dunia akibat rabies terakhir terjadi pada akhir bulan lalu.
(dpw/dpw)