Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengalungkan kain tenun atau syal kepada tiga pasang calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan berlaga di Pilpres 2024. Kain tenun tersebut adalah hinggi kombu kaliuda berasal dari Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Lantas, apa makna dibalik kain tenun tersebut? Berikut detikBali rangkum beberapa informasi terkait kain tenun hinggi kombu kaliuda yang dikalungkan ke para capres-cawapres dari berbagai sumber.
Makna Kain Tenun Sumba Timur
![]() |
Hinggi kombu kaliuda atau yang biasa disebut masyarakat setempat dengan nama kain kombu ini biasa digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Seperti pakaian bertamu, atau mengadakan kunjungan, pakaian adat pesta pernikahan atau kematian, sebagai cinderamata kepada tamu, kenalan dan sahabat, serta digunakan dalam upacara ritual "marapu".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun corak yang tertuang dalam kain kombu ini berupa corak kuda yang ditunggangi manusia, corak ayam dan burung. Corak kuda merupakan simbol kejantanan, keberanian, kemakmuran dan ketangkasan.
Sedangkan corak ayam melambangkan kesadaran, kejantanan, tanda kehidupan, yang di mana sangat diharapkan pemakainya terlihat pantas dan dihormati.
Proses Pembuatan Kain Sumba Timur
![]() |
Dilansir dari laman resmi kebudayaan kemendikbud, pembuatan kain kombu ini masih menggunakan teknik pewarnaan alami. Di mana bahan-bahan yang digunakan menggunakan tanaman endemik lokal seperti tanaman wuira (nila), akar mengkudu, serta daun dan kulit loba.
Bahan dasar warna biru (indigo) dibuat dari tanaman wuira atau nila, dan warna dasar merah dihasilkan dari akar mengkudu.
Berikut beberapa tahapan pembuatannya:
- Dimulai dengan memanen tanaman wuira, kemudian diremas dan direndam dalam air yang dicampur dengan kapur, dan dibiarkan selama beberapa hari sehingga menghasilkan endapan indigo yang akan disaring dan dikeringkan.
- Bahan pewarna merah yang berasal dari akar mengkudu sebelumnya harus ditumbuk agak halus, direndam, dan diaduk dalam air sehingga menjadi seperti olahan bubur.
- Selanjutnya, benang dicelupkan ke dalam larutan dari bahan-bahan alami seperti kemiri dengan tujuan agar warna merah dari larutan mengkudu dapat lebih meresap ke dalam benang.
- Sebelum dicelupkan ke dalam larutan warna, benang diberi gambar atau motif sesuai dengan makna dan ceritanya tersendiri.
- Tahap selanjutnya adalah pencelupan benang ke dalam larutan warna yang dilakukan beberapa kali sesuai dengan kepekatan warna yang inginkan.
- Setelah benang dicelupkan ke dalam larutan warna, kemudian dijemur hingga kering.
- Pada tahapan akhir ialah proses menenun yang memakan waktu selama satu minggu, berbulan-bulan, bahkan satu tahun sesuai dengan tingkat kesulitannya masing-masing.
Artikel ini ditulis oleh Anastasya Evlynda Berek peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(nor/nor)