Bernardus Kewuel, warga Desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape, mengatakan mendengar gemuruh dari atas. Saat dia keluar rumah, dia melihat cuaca berkabut pagi itu.
"Debu banyak sekali. Cuaca kabut-kabut. Atap rumah juga debu semua, panas lagi," ujar Bernardus kepada detikBali via telepon, Selasa.
Erupsi pertama dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 500 meter di atas puncak atau kurang lebih 1.923 meter di atas permukaan laut. "Erupsi kedua dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 600 meter di atas puncak, atau kurang lebih 2.023 meter di atas permukaan laut," kata Kepala Pos PGA Ile Lewotolok Stanislaus Ara Kian dalam keterangan pers, Selasa.
Stanis menyebut bahaya ancaman erupsi masih jauh dari lokasi pemukiman. Saat ini, kata dia, status Gunung Ile Lewotolok berada pada status Level II (Waspada).
Dia berharap masyarakat yang berada di sekitar gunung Ile Lewotolok maupun pengunjung atau pendaki atau wisatawan agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 2 kilometer dari pusat aktivitas Gunung Ile Lewotolok.
Selain itu, tiga desa di sekitarnya diharapkan mewaspadai potensi ancaman bahaya dari guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak atau kawah Gunung Ile Lewotolok. Tiga desa itu Masyarakat Desa Lamaholot, Desa Lamatokan, dan Desa Jontona.
Selain itu, Stanislaus juga berharap masyarakat menghindari gangguan pernapasan maupun gangguan kesehatan lain yang disebabkan oleh abu vulkanik. "(Masyarakat) dapat menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mulut dan kulit," pungkasnya.
(nor/nor)