FM (8), pasien suspek rabies asal Desa Fae, Amanatun Selatan, Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), meninggal pada Jumat (23/6/2023). FM merupakan satu dari sembilan warga yang kena gigitan anjing rabies yang sama pada 10 Februari 2023 lalu.
Selain FM, korban gigitan lainnya sekaligus pemilik anjing itu, Martha Missa, juga meninggal dunia. Dia meregang nyawa pada 27 Februari 2023. Namun, keluarga menyebutkan Martha meninggal karena kanker payudara yang dideritanya sejak 2021.
Walaupun, belum ada kajian lanjutan mengenai penyebab meninggalnya Martha, karena tidak tersedianya informasi medis berobat ke Puskesmas atau penanganan setelah terkena gigitan anjing rabies.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, tujuh korban lainnya selamat hingga saat ini. Enam di antaranya sudah mendapatkan suntikan vaksinasi anti-rabies (VAR). "Kasus gigitan terjadi pada 10 Februari 2023," ujar Ketua Satuan Tugas (Satgas) Rabies TTS Ady Tallo kepada detikBali, Sabtu (24/6/2023).
Mereka adalah Lambertus Satbanu (64) yang digigit di bagian perut kanan dan tergores, Anderias Missa (6) kena gigitan anjing rabies di bagian jari kelingking kanan dan cakaran pada dahi dan berdarah. Luka Anderias saat itu sudah dicuci dengan air panas dan kopi.
Selanjutnya, Feby Missa (13) luka gigitan anjing rabies di pantat kanan tergores, tetapi tidak berdarah. Lalu, Dosyanti Atti (12) terluka di bagian tangan kanan hingga tergores, berdarah, dan tidak sempat dicuci saat itu, serta Santi Missa (12) luka di bagiann tangan kanan.
Kemudian, Widi Maria Kase (13) kena gigitan di bagian tangan kanan dan pantat kanan berdarah cukup dalam. Saat kejadian, luka Widi tidak segera dicuci. Lalu, Stenly Juanto Missa (3) yang menderita gigitan anjing rabies di tangan kiri dan pelipis kanan hingga berdarah.
Seperti Anderias, luka Stenly juga dicuci air panas dan diberikan kopi. Namun, korban lain yang tidak segera mencuci luka mereka, yaitu Feby, Dosyanti, Santi, dan Widi.
FM Korban Jiwa Terbaru
Dari sembilan kasus gigitan anjing yang sama, FM merupakan korban jiwa terbaru suspek rabies. Ia meninggal pukul 16.57 Wita, Jumat, di Puskesmas Oinlasi.
Sebelum meninggal, FM sempat menjalani perawatan medis selama sepekan. FM pertama kali diantar ke Puskesmas Oinlasi pada Jumat, 16 Juni 2023. Saat itu, ibu dan tante FM mengeluh korban lari sembarangan, gelisah selama tiga hari, tidak bisa tidur, dan gemetar saat minum air.
"Tetapi, keluarga FM tidak pernah melaporkan kejadian tersebut (gigitan anjing rabies), sehingga tidak mendapatkan VAR," kata Ady.
Saat dibawa berobat, kondisi FM sudah menunjukkan halusinasi, demam hingga 39,3 derajat, dan mata cekung.
FM juga gemetar saat diberikan air, tetapi masih mampu meminumnya. Saat dikipas, FM menunjukkan gejala ketakutan. "Korban dicurigai rabies dan disarankan supportif poliatif," imbuh Ady.
Saat itu juga FM diberikan cairan intra vena selama 24 jam. "Diberikan penurun panas dan menjalani pemeriksaan laboratorium," lanjutnya.
Keluarga FM sempat meminta agar bocah tersebut dibawa pulang untuk pengobatan tradisional. Tetapi, permintaan itu tidak disetujui oleh Puskesmas Oinlasi.
Pada 18 Juni 2023, kondisi FM tampak lemas, mulut kering, dan kadang berteriak. Suhu tubuhnya 38,4 derajat celsius. Ia masih bisa makan 1-2 sendok. Begitu pula minum 3-4 sendok. Tetapi, mulai mengeluarkan air liur.
"Kondisi FM tidak berubah hingga meninggal dunia dengan gejala rabies pada Jumat, 23 Juni 2023," tandasnya.
(BIR/BIR)











































