Pengamat Politik Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) I Nyoman Subanda menilai mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan jadi penyebab mundurnya beberapa kader Partai Nasional Demokrat (Nasdem) di Bali.
"Anies menjadi sumber kekisruhan (di internal Nasdem) ya ada. Walaupun tidak mutlak atau tidak diakui oleh elit-elit Nasdem. Tapi, elit Nasdem yang keluar, sudah menyatakan ketidaksetujuan diusungnya Anies sebagai calon presiden oleh Nasdem," kata Subanda kepada detikBali, Rabu (17/5/2023).
Subanda menduga mundurnya mantan Ketua DPD Nasdem Denpasar I Dewa Nyoman Budiasa pada Selasa (9/5/2023) bisa juga disebabkan oleh sosok Anies yang diusung Nasdem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, Nasdem yang nasionalis pro pemerintah, malah mengusung Anies yang kontra dengan Presiden Joko Widodo dan kebijakannya.
"Nasdem yang koalisi pemerintahan dan berlaraskan nasionalis. Sekarang (Nasdem) mengusung Anies yang notabene adalah didukung oleh beberapa kelompok Islam yang berseberangan dengan laras nasionalis itu. Cenderung agamis. Tentu yang nasionalis akan keluar (hengkang dari Nasdem)," kata Subanda.
Sosok Anies yang diusung Nasdem sebagai calon presiden 2024, secara umum menggambarkan dominasi kebijakan dari pucuk pimpinan Nasdem yang wajib dipatuhi oleh semua kader di semua struktur partai. Akibatnya, kebijakan yang datang langsung dari Ketua Umum Nasdem Surya Paloh tidak mengakomodasi aspirasi para kader dan simpatisan di tingkat bawah.
Sehingga, banyak kader Nasdem yang memilih hengkang karena merasa tidak diperhatikan aspirasinya. "Nah Nasdem, adalah partai yang sangat tergantung oleh kebijakan pusat. Dalam hal ini adalah DPP (dewan pimpinan pusat), khususnya Surya Paloh. Beberapa kader hengkang itu sebenarnya sudah terjadi sejak Nasdem mulai menyatakan bahwa Anies adalah calon presidennya," jelasnya.
Baca juga: Asa NasDem Bali Bertarung di Kandang Banteng |
Subanda menilai, model kepemimpinan itu yang kini sedang terjadi di hampir semua internal partai. Dampak negatif dari cara para ketua umum menelorkan kebijakan yang wajib dipatuhi semua kadernya, semakin jelas terlihat pada kontestasi Pileg 2024.
Contoh kebijakan dari pucuk pimpinan yang memicu kekisruhan tersebut antara lain, persaingan untuk mendapatkan nomor urut calon anggota legislatif hingga adanya bakal calon anggota legislatif dadakan yang diusung partai politik. Sekali lagi, hal itu juga yang menyumbang kekisruhan di internal partai, termasuk Nasdem.
(nor/gsp)