Perempuan-perempuan Petarung di Pemilu NTB 2024, Modal Kemampuan-Kecantikan

Perempuan-perempuan Petarung di Pemilu NTB 2024, Modal Kemampuan-Kecantikan

Helmy Akbar - detikBali
Jumat, 12 Mei 2023 12:21 WIB
Mirah Midadan Fahmid saat mendaftar sebagai bacaleg DPD di KPU NTB pada Kamis (11/5/2023).
(Foto: Helmy Akbar/detikBali)
Mirah Midadan Fahmid saat mendaftar sebagai calon anggota DPD di KPU NTB pada Kamis (11/5/2023). (Foto: Helmy Akbar/detikBali)
Mataram -

Sejumlah perempuan bakal bertarung untuk menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di daerah pemilihan (dapil) Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Pemilu 2024. Setidaknya sudah enam perempuan yang telah mendaftarkan diri sebagai bacaleg DPD ke kantor KPU NTB per Kamis (11/5/2023).

Keenam perempuan yang mendaftar sebagai bakal calon (balon) DPD dapil NTB, antara lain Maskahyangan, Saadatul Hayati Putri, Nurhaidah, Evi Apita Maya, Mirah Midadan Fahmid, dan Maureen Grace Wenas. Mereka maju ke palagan Pemilu 2024 dengan berbekal klaim kemampuan hingga kecantikan.

"Pertama, saya punya kualifikasi dari sisi pendidikan dan latar belakang pekerjaan, itu menjadi jaminan pertama kepercayaan diri saya untuk maju," kata Mirah Midadan Fahmid seusai mendaftarkan diri menjadi balon DPD dapil NTB di Kantor KPU NTB, Kamis (11/5/2023) siang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mirah saat ini sedang menyelesaikan studi doktoral di Universitas Indonesia (UI). Ia juga seorang staf ahli Komite II DPD RI sekaligus peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

Mirah mengungkapkan NTB merupakan tanah leluhurnya, tepatnya di Bima. Dia mencoba peruntungan sebagai calon anggota DPD agar dapat mengabdikan diri untuk membangun NTB.

ADVERTISEMENT

Ia menargetkan bisa meraup 500 ribu suara pada Pemilu 2024. Untuk mencapai target tersebut, Mirah membidik suara dari pemilih milenial.

"Pemilih saat ini didominasi milenial, itu menjadi atensi besar kami dan tim. Saya juga bisa mengatakan saya reprsentasi milenial. Ini juga sebagai ikhtiar menggerakkan tenaga dan pikiran agar milenial melek politik," tandasnya.

Sentil Bacaleg yang Bermodal Paras Cantik

Bakal calon anggota DPD dapil NTB Maureen Grace Wenas saat ditemui di Kantor KPU NTB pada Kamis (11/5/2023). (Foto: Helmy Akbar/detikBali)Bakal calon anggota DPD dapil NTB Maureen Grace Wenas saat ditemui di Kantor KPU NTB pada Kamis (11/5/2023). (Foto: Helmy Akbar/detikBali)

Maureen Grace Wenas juga menyatakan dirinya mantap bertarung dalam pemilihan anggota DPD dapil NTB 2024. Menurutnya, menjadi seorang senator perempuan tak hanya mengandalkan paras cantik.

"Kalau soal itu (cantik) enggak cukup lah. Kita harus punya kelas. NTB butuh sosok pejuang, banyak program NTB yang butuh perhatian. Kalau umpamanya kita gedor ke kementerian hanya mengandalkan muka cantik, terus enggak tau mau ngomong apa, kan nggak ada gunanya," kata Maureen seusai mendaftarkan diri sebagai bacaleg di kantor KPU NTB, Kamis (11/5/2023).

Maureen merupakan cucu dari mantan penjabat Gubernur NTB, Gerard Robert Abraham Wenas yang menjabat pada 1968. Jika terpilih menjadi senator, ia mengaku akan memfokuskan pengabdiannya untuk membangun desa. Menurutnya, pembangunan suatu daerah harus dimulai dari desa.

"Saya banyak bertemu dengan masyarakat desa, melihat dari dekat, berinteraksi, ngobrol yang membuat saya benar-benar termovitasi banget untuk bagaimana saya menjembatani kepentingan mereka. Menguatkan diri saya menjadi anggota DPD," tandasnya.

Foto Cantik Penentu Kemenangan

Evi Apita Maya saat ditemui di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (5/5/2023) siang. (Helmy Akbar/detikBali)Evi Apita Maya saat ditemui di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (5/5/2023) siang. (Helmy Akbar/detikBali)

Sementara itu, Evi Apita Maya atau menyebut fotonya jadi salah satu faktor kunci kemenangan pada Pileg DPD dapil NTB 2019. Kini, perempuan yang berstatus sebagai petahana itu kembali maju sebagai calon senator untuk kedua kalinya.

Evi mengaku tidak akan mampu turun langsung menyentuh masyarakat hingga ke dusun-dusun. Meski begitu, ia menyebut hal itu bukan satu-satunya faktor yang mendongkrak suara.

"Saya tidak menafikan memang salah satu yang mendongkrak (suara) foto, tidak mungkin semuanya kenal saya. Saya sudah berusaha untuk turun ke masyarakat semampu saya. Nggak mungkin saya mampu turun ke dusun-dusun dari Ampenan sampai Sape," kata Evi, Senin (8/5/2023).

Evi sempat bikin heboh pada Pileg 2019. Ketika itu, Evi yang maju sebagai pendatang baru meraih suara terbanyak mengalahkan incumbent lain dengan total raihan 283.932 suara. Menariknya, Evi dilaporkan lantaran dituding menggunakan foto hasil editan pada kertas suara pemilihan.

Adalah Farouk Muhammad yang mempersoalkan foto hasil editan Evi dan membawanya ke Mahkamah Konstitusi. Mantan kapolda NTB ini adalah pesaing Evi dalam pemilihan calon anggota DPD RI dapil NTB 2019.

Evi mengeklaim banyak perempuan yang mengikuti jejaknya. Namun, ia mengingatkan agar tidak hanya mengandalkan tampang semata jika ingin terjun ke dunia politik.

"Makanya itu kan salah satu faktor, bukan satu-satunya. Masyarakat bisa menilai kalau ketemu, melihat seperti apa kita, personality. Pasti kan masyarakat ataupun tokoh bisa menilai. Ini kan bukan kontes kecantikan," tandasnya.




(iws/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads