Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat produksi padi NTB mencapai 629 ribu ton gabah kering giling (GKG) pada triwulan I 2023. Jumlah itu menunjukkan peningkatan sekitar 83 ribu ton dibanding periode sama pada 2022 yang hanya 546 ribu ton GKG.
"Alhamdulillah meningkat, artinya ada kenaikan sekitar 13,19 persen," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) NTB, Fathul Gani saat ditemui di Kantor DPRD NTB pada Selasa (9/5/2023) pagi.
Fathul Gani mensyukuri pencapaian tersebut. Di tengah kondisi iklim panas di beberapa wilayah di Indonesia, produksi padi di NTB justru meningkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menjaga sirkularitas dan produktivitas padi tersebut, Fathul Gani telah mendorong kabupaten dan kota untuk memanfaatkan lahan pertanian yang sistem pengairannya sudah bagus untuk terus menanam padi.
"Di tengah harga gabah yang cukup tinggi yang didapat oleh para petani saat ini, makanya kami mendorong lahan pertanian yang ada bisa dimanfaatkan," ucap Fathul Gani.
Dengan tingkat produksi yang cukup tinggi pada triwulan pertama, dia mengaku optimistis target 1,35 juta ton GKG pada 2023 akan tercapai.
"Kami optimistis ya, Insya Allah bisa dicapai dengan melihat data triwulan I yang dikeluarkan BPS. Apalagi puncak panen di NTB pada bulan April 2023 dan itu belum masuk perhitungan dan akan di akumulasi pada triwulan II periode April-Juni 2023," paparnya.
Pada 2022, luas panen padi NTB sebesar 269,83 ribu hektare dengan produksi sekitar 1,46 juta ton GKG.
NTB telah ditetapkan sebagai salah satu lumbung pangan nasional oleh pemerintah pusat. Hal ini dikarenakan NTB memiliki potensi sumber daya pertanian yang cukup luas baik lahan sawah maupun bukan sawah.
(hsa/gsp)