Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) berjanji memberikan jalan keluar bagi mahasiswa yang menjadi perang di Sudan. Mereka diminta untuk mengambil pendidikan di negara yang aman.
"Silakan cari sekolah yang aman. Kami sediakan beasiswa ya tinggal pilih yang mana nanti. Silakan mendaftar. Karena setiap warga negara berhak sekolah di mana saja. Kami serahkan ke mereka," kata Gita, Selasa (4/3/2023).
Gita menyebutkan dari 42 WNI asal NTB yang menjadi korban perang di Sudan, sembilan di antaranya menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) dan 33 berstatus mahasiswa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari 33 mahasiswa ini, sebagian sudah tiba di Lombok.
Pemulangan dilakukan bertahap. Sebanyak 23 orang tiba di Bandara Lombok pada Senin (1/5/2023). "Kloter pertama empat orang dan nanti kloter kedua pukul 15.00 Wita 19 orang," katanya di Bandara Internasional Lombok, Senin (1/5/2023).
Diberitakan sebelumnya, 42 warga NTB menjadi korban perang antara tentara Sudan dengan Paramiliter Rappid Support Forces (RSF).
Gita menjelaskan kloter pertama yang tiba di Bandara Internasional Lombok terdiri dari tiga Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan satu mahasiswa.
Gita juga menyebutkan bahwa ada satu mahasiswa yang menjadi korban perang Sudan enggan untuk pulang. Namun, ia berharap agar Nadier, nama mahasiswa tersebut, merubah keputusannya untuk tetap di Khartoum, ibu kota Sudan, di mana perang terjadi.
"Kami minta pulang. Kami akan coba yakinkan agar korban mau pulang ke Lombok karena situasi tidak memungkinkan di Sudan," katanya.
(efr/nor)