Perang Sudan Meluluhlantakkan Hati Mahasiswa NTB

Round Up

Perang Sudan Meluluhlantakkan Hati Mahasiswa NTB

Tim detikBali - detikBali
Selasa, 02 Mei 2023 07:14 WIB
Ihsan Alwan Maulana (23) mahasiswa korban perang Sudan tiba di Bandara Internasional Lombok, Senin (1/5/2023).
Foto: Ihsan Alwan Maulana (23) mahasiswa korban perang Sudan tiba di Bandara Internasional Lombok, Senin (1/5/2023). Foto: Ahmad Viqi/detikBali.
Mataram -

Sebanyak 42 warga Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi korban perang antara tentara Sudan dengan Paramiliter Rappid Support Forces (RSF). Mereka akan dipulangkan secara bertahap mulai Senin (1/5/2023) hingga Rabu (3/5/2023) besok.

Sekretaris Daerah NTB Lalu Gita Ariadi Gita menuturkan ada 23 orang tiba di Bandara Lombok pada Senin (1/5/2023). "Kloter pertama empat orang dan nanti kloter kedua pukul 15.00 Wita 19 orang," katanya di Bandara Internasional Lombok, Senin (1/5/2023).

Gita menjelaskan kloter pertama yang tiba di Bandara Internasional Lombok terdiri dari tiga Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan satu mahasiswa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Total hari ini ada 23 orang (tiba di NTB)," tutur Gita. Adapun, kloter ketiga yang terdiri dari 19 orang akan dipulangkan ke NTB segera setelah mendarat di Jakarta.

Kepulangan mahasiswa dari Sudan ini mulai melegakann perasaan oran tua yang anaknya menuntut ilmu di Negeri Dua Nil ini.

ADVERTISEMENT

Vera Ulfaturrahmah misalnya. Ia mengaku lega saat melihat anaknya, Ihsan Alwan Maulana (23), kembali dengan selamat di Lombok. Ihsan menjadi korban perang tentara militer Sudan dan RSF.

Ia tak sanggup menahan air mata ketika bertemu Ihsan di Bandara Lombok, Senin (1/5/2023). Ishan sudah tiga tahun menuntut ilmu Tafsir Qur'an di Kota Khartoum, Sudan.

Warga Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, itu akhirnya melepas pelukan hangat kepada putranya. "Setiap hari saya waswas dengan keadaan Ishan (saat) perang terjadi. Saya selalu mengkhawatirkan dia. Alhamdulillah akhirnya bisa pulang dengan selamat," kata Vera di samping Ihsan.

Vera mengatakan Ihsan berangkat 2019 lalu dan sempat mengambil kursus bahasa Arab di Sudan. "Sekarang dia sudah semester empat," kata Vera. Akibat perang ini, Ihsan harus menghentikan studinya.

Hendro Sayakti, bapak dari Ishan, mengaku mengeluarkan biaya sendiri untuk pendidikan putranya di Sudan.

"Biaya mandiri. Kami harap pemerintah dapat membantu mencarikan tempat studi yang aman dan dapat memberikan beasiswa untuk Ihsan," kata Hendro kepada detikBali.

"Sekarang kami ambil hikmahnya. Asalkan dia pulang dulu," ujar Hendro.

Ihsan, lanjut Hendro, sempat mengajukan beasiswa di Sudan. Namun, beberapa rekan Ihsan terkena tipu program beasiswa yang ada di Sudan.

"Menurut anak saya, susah juga di sana dapat beasiswa. Banyak yang ajukan beasiswa setelah sampai Sudan itu jadi PMI mereka," ujarnya.

Ihsan, katanya, berencana menuntut ilmu agama di dalam negeri, mengingat kondisi di Sudan tidak memungkinkan.

Korban lainnya, Fina Annisa (22), juga tiba dengan selamat di Lombok.

Mahasiswi dari Universitas Internasional of Afrika ini, mengatakan situasi perang di Khartoum sangat mencekam. Lokasinya sangat dekat dengan aula kampus tempat Fina mengungsi bersama seluruh mahasiswi sejak baku tembak pertama pecah, 15 April lalu.

"Di sana sangat dekat sekali baku tembaknya. Saat itu kami ditempatkan di aula kampus IUA. Kami diminta tiarap. Lampu harus matikan. Tidak boleh ada yang ke mana-mana," kata Fina saat tiba di Bandara Internasional, Senin (1/5/2023) petang.

Ia tiba bersama 19 warga Lombok lain yang juga menjadi korban perang Sudan. Sejak perang pecah, kenang Fina, kedua kubu terus melancarkan tembakan di dekat kampus IUA.

Bahkan, saat ia tinggal di aula kampus sempat terjadi pemutusan internet dari beberapa provider. Tak hanya itu, semua aliran listrik dan air dimatikan.

"Situasi sangat mencekam. Makin hari makin mencekam. Setelah itu, pas di belakang asrama kita terus ada tembakan," kata Fina.

Pada 17 April 2023, beberapa kali peluru nyasar ke aula kampus IUA. Para tentara, kata Fina, menembak dan menyasar rumah-rumah warga sekitar.

"Bahkan, di aula kampus ada tembakan lagi. Kami enam hari di aula kampus. Sebenarnya kami bisa saja dievakuasi dari sana waktu itu. Tapi perjanjian gencatan senjata dilanggar oleh kedua kubu," kata mahasiswa Jurusan Ilmu Hadis ini.

Dua hari sebelum Idul Fitri, yakni Rabu (19/4/2023), kata Fina, sempat terjadi gencatan senjata karena perintah evakuasi selama dua jam.

Tetapi, para tentara dari RSF dan tentara nasional Sudan tidak ada yang mematuhi aturan tersebut. Bahkan, beberapa pesawat milik militer nasional Sudan yang melewati udara Khartoum, ditembak oleh RSF.

Gencatan senjata untuk kemanusiaan tidak ada yang dipatuhi kedua tentara. "Setelah Lebaran, pada Sabtu 22 April kita dievakuasi ke Kota Sawakin, Sudan," kata mahasiswi semester tujuh ini.

Karena perang ini, rencana wisuda Fina gagal total.

"Perasaan saya sangat takut dan waswas. Ini saya benar-benar mau wisuda bulan Oktober. Tapi, merasa sangat sedih. Sangat disayangkan ya. Saya akan gagal wisuda," kata Fina saat tiba di Bandara Internasional, Senin (1/5/2023) petang.

Fina sangat menyayangkan perang tersebut karena merugikan banyak pihak. Dia meminta kepada pemerintah NTB bisa membantu para mahasiswa yang kuliah di Sudan untuk menyelesaikan studinya di dalam negeri, tanpa memulai dari awal.

"Kan tidak mungkin ulang dari semester awal. Kami minta bantuan ke Pemprov NTB agar bisa melanjutkan studi," kata penerima beasiswa Ilmi Hadist di Kampus IUA itu.

"Saya awalnya kuliah mandiri. Dan nyari beasiswa di Sudan dan dapat di sana. Ada juga penerima beasiswa dari Badan Riset dan Inovasi Daerah NTB kalau tidak salah tujuh orang," kata Fina.

Berikut daftar PMI dan mahasiswa-mahasiswi NTB korban perang Sudan tiba di Lombok, antara lain:

1. Fina Annisa
2. Nila Kaswina
3. Muhammad Hilmi
4. Ahmad Kutaibi M Nur
5. Fitri Indah Yani
6. Husniah Halil Mahiim
7. Agus Herni Wati
8. Sopiawati
9. Saodah
10. Alfi Fathullah
11. Majid Said Zaenal A
12. Diaul Fitnani
13. Muhammad Farhat A K.
14. Danial Alya Wildan
15. Suhaili
16. Ahmad Busyairi
17. Fajrul Haq
18. Ihsan Alwan Maulana.
19. Zakiah
20. Riana Sabri
21. Nurhasanah
22. Gugus Budi Hartawe
23. Rohati




(efr/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads