Jadi Saksi Mata Perang Sudan, Tiarap-Lihat Tentara Tembak Rumah Warga

Lombok Utara

Jadi Saksi Mata Perang Sudan, Tiarap-Lihat Tentara Tembak Rumah Warga

Ahmad Viqi - detikBali
Senin, 01 Mei 2023 20:30 WIB
Fina Annisa (22), mahasiswi asal Lombok selamat dari perang Sudan, Senin (1/5/2023).
Foto: Fina Annisa (22), mahasiswi asal Lombok selamat dari perang Sudan, Senin (1/5/2023). Foto: Ahmad Viqi/detikBali.
Lombok Utara -

Fina Annisa (22), seorang mahasiswi asal Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) turut berbagi cerita bagaimana ia dekat dengan jurang maut saat perang terjadi di Kota Khartoum, ibu kota Sudan.

Mahasiswi dari Universitas Internasional of Afrika ini, mengatakan situasi perang di Khartoum sangat mencekam. Lokasinya sangat dekat dengan aula kampus tempat Fina mengungsi bersama seluruh mahasiswi sejak baku tembak pertama pecah, 15 April lalu.

"Di sana sangat dekat sekali baku tembaknya. Saat itu kami ditempatkan di aula kampus IUA. Kami diminta tiarap. Lampu harus matikan. Tidak boleh ada yang ke mana-mana," kata Fina saat tiba di Bandara Internasional, Senin (1/5/2023) petang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia tiba bersama 19 warga Lombok lain yang juga menjadi korban perang Sudan. Sejak perang pecah, kenang Fina, kedua kubu terus melancarkan tembakan di dekat kampus IUA.

Bahkan, saat ia tinggal di aula kampus sempat terjadi pemutusan internet dari beberapa provider. Tak hanya itu, semua aliran listrik dan air dimatikan.

ADVERTISEMENT

"Situasi sangat mencekam. Makin hari makin mencekam. Setelah itu, pas di belakang asrama kita terus ada tembakan," kata Fina.

Pada 17 April 2023, beberapa kali peluru nyasar ke aula kampus IUA. Para tentara, kata Fina, menembak dan menyasar rumah-rumah warga sekitar.

"Bahkan, di aula kampus ada tembakan lagi. Kami enam hari di aula kampus. Sebenarnya kami bisa saja dievakuasi dari sana waktu itu. Tapi perjanjian gencatan senjata dilanggar oleh kedua kubu," kata mahasiswa Jurusan Ilmu Hadis ini.

Dua hari sebelum Idul Fitri, yakni Rabu (19/4/2023), kata Fina, sempat terjadi gencatan senjata karena perintah evakuasi selama dua jam.

Tetapi, para tentara dari RSF dan tentara nasional Sudan tidak ada yang mematuhi aturan tersebut. Bahkan, beberapa pesawat milik militer nasional Sudan yang melewati udara Khartoum, ditembak oleh RSF.

Gencatan senjata untuk kemanusiaan tidak ada yang dipatuhi kedua tentara. "Setelah Lebaran, pada Sabtu 22 April kita dievakuasi ke Kota Sawakin, Sudan," kata mahasiswi semester tujuh ini.




(efr/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads