Lalu Athari Fathullah, mantan ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Perindo mengungkap alasannya keluar dari partai besutan Hary Tanoesoedibjo. Yakni, merasa tak dihargai.
Posisi Athari digantikan oleh suami Wakil Gubernur NTB Muhammad Khairul Riza, yang sebelumnya dipecat dari Partai NasDem.
"Partai Perindo sama sekali tidak menghargai kinerja dan kerja keras kami dan kepengurusan yang ada selama ini," ujar Athari melalui sambungan telepon kepada detikBali, Sabtu (11/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, niat untuk keluar dari Perindo timbul sejak pergantian ketua yang diisi oleh Khairul Rizal pada 27 Januari 2023 lalu. Apalagi, pergantian posisi tersebut mendadak dan dinilai arogan.
"Bagi kami, ini (pergantian ketua) dadakan. Padahal, kami ini belum satu bulan menyelesaikan tahapan verifikasi faktual syarat kepengurusan partai," jelasnya.
Athari juga mengaku jauh sebelum kabar Khairul Rizal akan mengisi kursi ketua, ia dipanggil oleh Ketua Harian Nasional Perindo TGB Muhammad Zainul Majdi Zainul Majdi. "Sempat dipanggil bicarakan soal pergantian," katanya.
"Ini sejatinya hal yang biasa dalam politik. Tetapi, saya anggap ini terkesan semau-maunya," lanjut Athari.
Athari menyesalkan sikap yang ditunjukkan oleh Majdi. Dia pun menganalogikan, belum kering keringat bekerja sudah diganti.
"Keringat kami belum kering, kami diganti sama sekali tidak memiliki etika dalam politik," imbuhnya.
Bahkan, pergantian ketua ini terkesan seperti menikmati jerih payah dari perjuangan kepengurusan lama yang telah membangun Partai Perindo sejak 2014 silam.
"Setelah kami lelah, mereka mau menikmati. Semestinya politikus itu harus menjaga etika," imbau Athari.
Ia juga menyesalkan bahwa permintaan untuk membatalkan pergantian tidak diamini pengurus DPP Perindo.
"Kami pernah lakukan, tetapi apa? Tidak diamini. Kami keluar sekarang dan kami titip partai ini," terangnya.
Sementara itu, mantan sekretaris DPW Perindo NTB Abdul Madjid mengatakan Partai Perindo terkesan seperti politik pasang copot pasang copot.
"Saya tidak ingin kemudian mengulang sejarah 2019 lalu. Di mana partai Perindo di NTB pasang copot pasang copot. Bahkan, ada cerita pengurus DPW Perindo itu 1-2 minggu dicopot jangan sampai begitu lagi lah," pinta Madjid.
Selama bergabung di Perindo NTB bersama ketua DPW lama, Majid menyebut belum ada kesepakatan pengurus DPP dengan DPW di atas hitam putih.
"Waktu itu, kami hanya terima SK Ketua DPW si Athari dalam bentuk SK tunggal. Ia yang mencari pengurus, bangun kepengurusan," tutur dia.
Namun, sesuai hasil komunikasi sebelum Zainul Majdi bergabung ke Perindo pada 2022, DPP menjelaskan tidak akan ada perombakan dalam kepengurusan. "Tapi setelah TGB (Zainul Majdi) masuk kenyataannya begitu. Jadi, bisa kita lihat sendiri," terang Madjid.
Ditanya soal sikap politiknya, Madjid hanya mengaku belum menentukan sikap akan berlabuh kemana dan akan bersikap seperti apa menghadapi persoalan pasca keluar dari Perindo. "Saya kemana dan bagaimana sikap saya nanti, saya akan informasikan," pungkasnya.
(BIR/iws)