Cuaca ekstrem yang melanda Kota Mataram, NTB, menyebabkan 22 rumah rusak berat dan rusak ringan. Puluhan rumah itu rusak akibat gelombang pasang dan pohon tumbang. Sebanyak 103 kepala keluarga (KK) terpaksa mengungsi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencananya Daerah Kota Mataram Mahfuddin Noer mencatat ada sebanyak 31 pohon tumbang di Kota Mataram. Tak hanya menimpa rumah warga, pohon tumbang juga menimpa sejumlah mobil.
Baca juga: 32 KK Terdampak Gelombang Pasang di Mataram |
"Data sementara akibat pohon tumbang ada sekitar 7 unit rumah yang tertimpa alami rusak ringan dan 5 unit mobil tertimpa," kata Mahfuddin di Mataram, Senin (26/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, gelombang pasang yang menerjang wilayah Kecamatan Sekarbela dan Ampenan Kota Mataram merusak 15 unit rumah warga. Mereka bermukim di pesisir pantai Kota Mataram.
"Di Kelurahan Bintaro Kecamatan Ampenan ada 4 unit rumah rusak berat dan 1 bangunan pagar tembok Pura Segara roboh," katanya.
103 KK Mengungsi
Kepala Dinas Sosial Kota Mataram Sudirman mengatakan bahwa akibat gelombang pasang di sepanjang 9,1 km pantai kota Mataram sebabkan 103 kepala keluarga (KK) terpaksa mengungsi. Dari 103 KK yang mengungsi tersebut tersebar di 4 kelurahan dari dua kecamatan di Kota Mataram.
"Di Kelurahan Jempong Baru ada 30 KK, Tanjung Karang Permai 20 KK, Ampenan Selatan 28 KK dan di Kelurahan Bintaro itu ada 25 KK," kata Sudirman.
Sudirman mengatakan, seluruh korban bencana gelombang pasang dan pohon tumbang di Kota Mataram telah mendapatkan bantuan sembako dan terpal.
"Kita sudah drop sementara kebutuhan masyarakat seperti beras 53 bungkus atau 265 kg, mi kuah 12 bungkus, mi goreng 13, terpal 20 unit, tikar 53 lembar, biskuit 53 kaleng dan minyak goreng 53 liter untuk dua kecamatan," katanya.
Warga yang terdampak akibat gelombang pasang dan angin kencang di Kota Mataram masih bertahan di rumah tetangga masing-masing korban. Menurutnya, kebanyakan yang mengungsi ke rumah tetangga mengaku takut terjadi gelombang susulan.
"Tapi jika ada yang mau mengungsi terpusat kami sudah siapkan tenda darurat bagi masyarakat yang mau. Nanti kami akan buka dapur umum. Tapi sampai hari ini belum ada yang mau mengungsi," katanya.
Sebelumnya, warga Lingkungan Mapak Indah Nahri (40) yang terdampak akibat gelombang pasang di Pantai Mapak Indah meminta kepada pemerintah agar bisa segera pindah rumah dari tepi pantai. Pasalnya, rumah yang dia bangun dari hasil melaut itu sebagian hanyut.
"Coba lihat, kamar tamu, kamar mandi dan dapur habis terkikis oleh ombak tadi malam. Alhamdulillah barang-barang sudah kita selamatkan tadi malam," kata Nahri.
(iws/hsa)