Cuaca ekstrem melanda Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak sepekan terakhir. Akibatnya, empat rumah warga di kawasan Bintaro, Ampenan, Mataram, rusak berat karena diterjang gelombang pasang.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mataram Irwan Rahadi menjelaskan gelombang pasang yang memicu banjir rob terjadi sejak 31 Januari hingga 1 Februari.
"Dari data BPBD Kota Mataram, warga yang terdampak berasal dari RT 03 sampai RT 05 (Lingkungan Bintaro), kurang lebih 35 KK (Kepala Keluarga) yang terdampak air laut setinggi 15 sentimeter (cm)," kata Irwan di Mataram, Minggu (2/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Irwan menuturkan akibat gelombang pasang yang terjadi di Bintaro, Ampenan tersebut, panjang area terdampak mencapai kurang lebih 500 meter dengan luas area sekitar 3.500 meter persegi.
"Kami gotong royong membangun tanggul sementara, bersama BWS, Satgas PU, hingga Satgas TPB Mataram. Upaya yang kami lakukan asesmen di lokasi dan membuat tanggul sementara sepanjang Jalan Hj Muh Ruslan 2 dari karung," tutur Irwan.
Sebelumnya, Wali Kota Mataram Mohan Roliskana mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap dampak cuaca ekstrem, terutama mereka yang tinggal di wilayah pesisir.
"Kami lihat ada anomali cuaca, biasanya di bulan-bulan ini sudah mulai mereda, tapi tadi malam angin sudah mulai kencang," kata Mohan sebelumnya.
Menurutnya, untuk meminimalisasi dampak cuaca ekstrem, perlu dipasang riprap atau pemecah gelombang di sepanjang 9 kilometer garis pantai Kota Mataram.
"Upaya rencana (pemasangan riprap) tentu ada, untuk melakukan intervensi di 9 kilometer garis pantai tidak bisa kami lakukan sendiri. Tentu harus ada intervensi dari pusat, berkaitan dengan rencana untuk pemasangan riprap pemecah gelombang dan lain-lain," kata Mohan.
(hsa/hsa)