Komunitas Kolang menarik perhatian para pengunjung Expo Ekonomi Kreatif (Ekraf) di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Minggu 18/12/2022). Sebab, mereka tak hanya memasarkan produk unggulannya yaitu gola rebok dalam kemasan. Mereka juga mempertunjukkan proses pembuatan gula merah yang dihaluskan seperti bubuk tersebut.
Anak-anak muda dari komunitas asal Kecamatan Kuwus Barat ini juga memberi kesempatan kepada pengunjung untuk lai't gola, yakni menjilat gula mendidih yang mulai mengental dari kuali di perapian. Lai't gola ini tidak gratis. Pengunjung membayar Rp 5.000 untuk sekali jilat dan Rp 10.000 untuk tiga kali jilat. Sejumlah pengunjung terlihat antusias menjilat dan mencicipi gula tersebut.
"Hati-hati panas," kata Oktavianus Mango, koordinator Komunitas Kolang, saat memandu pengunjung menjilat gula.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara menjilat gula ini, pengunjung menggunakan sombek, sendok tradisional yang terbuat dari bambu. Sombek dicelupkan ke dalam kuali yang berisi gula mendidih, gulanya lengket di sombek. Sebelum dijilat, dicekupkan terlebih dahulu di air tawar yang sudah disiapkan pada wadah yang terbuat dari tempurung kelapa. Gula yang dijilat itu rasanya manis.
"Itu gulanya masih panas. Dicelupkan dulu ke dalam air baru dijilat. Jilatnya pakai sombek. Ini tanpa pengawet," jelas Oktav.
Membuat Gola Rebok
Gula yang mendidih dalam kuali itu pada akhirnya akan mengental hingga perapiannya dimatikan. Saat mulai mengering dalam kondisi sudah tak lagi panas, gula itu gosok-gosok hingga mejadi bubuk atau gola rebok.
"Setelah beku setengah kering, kita gosok dia, haluskan menjadi gula rebok," ujar Oktav.
Dijelaskan, hasil akhir pembuatan gula ini, selain dalam bentuk bubuk atau gola rebok, bisa juga dalam bentuk batangan atau gola malang. Perbedaanya hanya pada proses akhir.
Pada pembuatan gola malang, gula yang belum sepenuhnya mengental dalam kuali dituangkan ke dalam wadah khusus berbentuk batangan. Sementara itu, gola rebok yang dijual Komunitas Kolang pada pada Expo Ekraf itu dibanderol Rp 35.000/bungkus 600 mg.
"Kalau gula batang kita siapkan mal, nanti dituangkan ke mal itu. Tunggu dingin baru diangkat," jelas Oktav.
Diketahui, Expo Ekraf ini digelar oleh Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat, 16-18 Desember. Expo Ekraf ini menjadi ruang pemasaran produk pelaku UMKM di Mangarai Barat. Ada 40 pelaku UMKM yang memasarkan berbagai jenis kuliner khas Manggarai dalam Expo Ekraf ini. Ada juga produk seperi kain tenun, topi, selendang khas Manggarai, dan banyak produk lainnya.
(iws/hsa)