Kisah Pilu Bayi di NTT Idap Hidrosefalus, Ortu Terbentur Biaya Berobat

Manggarai Barat

Kisah Pilu Bayi di NTT Idap Hidrosefalus, Ortu Terbentur Biaya Berobat

Ambrosius Ardin - detikBali
Rabu, 14 Des 2022 22:16 WIB
Maria Novantri Anul, bayi penderita hidrosefalus di Manggarai Barat, NTT digendong ibunya.
Maria Novantri Anul, bayi penderita hidrosefalus di Manggarai Barat, NTT, digendong ibunya. (Istimewa)
Manggarai Barat -

Kondisi Maria Novantri Anul kian memprihatinkan. Bayi satu tahun ini asal Kampung Golo Karot, Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, NTT ini mengidap penyakit hidrosefalus sejak usia enam bulan. Hidrosefalus adalah penumpukan cairan di rongga otak yang ditandai dengan pembesaran kepala hingga membuat penderitanya merasa sakit.

Orang tuanya, Stanis Mbaling dan Rofina Nunur, hanya pasrah dengan keadaan anak bungsu dari tiga bersaudara ini. Mereka terkendala biaya untuk membawa anaknya menjalani operasi di rumah sakit.

"Karena tidak ada uang, kami memutuskan untuk rawat di rumah. Kami ini mau makan saja susah, apalagi pergi dan hidup selama di Bali butuh biaya banyak," ujar sang ibu, Rofina Nunur, Selasa (13/12/2022) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui, ayah Maria hanya petani yang bekerja serabutan. Sedangkan ibunya menghabiskan banyak waktu di rumah mengurus sang anak.

Mengurus Maria di rumah hanya bisa dilakukan Rofina. Anaknya tidak mau digendong oleh siapapun bahkan oleh ayahnya sendiri. Rofina mengaku beban hidup terasa berat: merawat buah hati di tengah keterbatasan ekonomi.

ADVERTISEMENT

"Yang buat saya semakin beban dan pusing, saat saya mau ini, mau itu, tidak ada uang," ujar Rofina.

Untuk diketahui, kepala Maria saat ini terlihat membesar dan badannya kaku. Di awal mengidap penyakit ini, Novanti menangis setiap hari selama seminggu. Ia seperti merasakan kesakitan yang luar biasa.

Selain itu, Maria hanya mau makan bubur dan minum susu. Rofina pernah harus meminta bantuan keluarga besarnya untuk membelikan susu untuk anaknya. "Itu semua saya lakukan demi anak saya. Saya sangat sayang anak saya," ujarnya.

Sementara ayah Maria, Stanis Mbaling, kini bekerja serabutan di sawah orang dengan upah Rp 70.000 per hari. Uang itu, ungkap dia, hanya cukup untuk kebutuhan Maria. Ia memang punya sebidang sawah, namun tak bisa digarap semenjak anaknya mengidap hidrosefalus.

"Keluarga saya juga turut sakit bahkan ekonomi keluarga saya lumpuh," kata Stanis.

Ia mengharapkan uluran tangan berbagai pihak untuk membantu keluarganya. Sejauh ini anaknya belum mendapat bantuan dari pemerintah. Stanis kecewa karena ada yang datang ke rumah mengambil foto anaknya dan menjanjikan bantuan, namun tak kunjung direalisasikan.




(iws/dpra)

Hide Ads