Kisah Bocah Lumpuh di Manggarai: Tak Ada Biaya Berobat-Pengin Sekolah

Manggarai Timur

Kisah Bocah Lumpuh di Manggarai: Tak Ada Biaya Berobat-Pengin Sekolah

Ambrosius Ardin - detikBali
Minggu, 11 Des 2022 11:39 WIB
Agleriano Gefrilman atau Anok hanya bisa berbaring di rumahnya di Desa Bangka Arus, Kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur, NTT.
Agleriano Gefrilman atau Anok hanya bisa berbaring di rumahnya di Desa Bangka Arus, Kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur, NTT. (Istimewa)
Manggarai Timur -

Sudah 10 tahun lamanya Agleriano Gefrilman hanya bisa berbaring di rumahnya. Anok, sapaannya, tidak bisa beraktivitas seperti anak-anak seumurannya. Jangankan berjalan apalagi berlari, duduk saja dia tidak bisa. Kedua kaki dan tangannya mengecil dan pendek. Ia kadang dibaringkan saja di meja.

Bocah 12 tahun asal Desa Bangka Arus, Kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, ini sebenarnya punya keinginan yang kuat untuk dapat bersekolah. Ia bahkan sudah bisa membaca, menulis, hingga menggambar secara otodidak meski sehari-hari berbaring. Namun, orang tua Anok tak punya biaya berobat maupun sekolah untuknya.

"Dulu anak saya lahir secara normal, namun semenjak jatuh saat masih dua tahun sampai saat ini dia lumpuh," ujar sang ibu, Theresia Nelsi, dalam keterangannya yang diterima detikBali, Minggu (12/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anak ketiga dari empat bersaudara ini lahir pada 2010, dari pasangan Yohanes Anom dan Theresia Nelsi. Orangtua Anok sehari-hari bekerja sebagai petani.

Orang tua Anok tak kehilangan kasih sayang dan kesabaran mengurusnya. Setiap hari Sang Ibu menyiapkan plastik saat Anok buang air besar, dan menyiapkan botol saat buah hatinya kencing. Karena Anok tak bisa duduk, Sang Ibu memandikannya di meja.

ADVERTISEMENT

Sang ayah, Yohanes Anom, menuturkan ia dan istrinya berniat membawa Anok ke rumah sakit untuk berobat, tapi terkendala biaya. Pada awal kelumpuhannya, orang tua Anok sempat membawanya ke sebuah Rumah Sakit swasta di Manggarai.

Dokter di sana menyarankan Anok dirawat di Rumah Sakit di Surabaya. Orang tua Anok tak bisa membawanya berobat ke Surabaya. Mereka putuskan merawat Anok di rumah hingga sekarang. Yohanes mengaku untuk membeli beras saja mereka susah.

"Karena terkendala uang akhirnya kami memutuskan untuk merawat anak kami di rumah saja, karena untuk beli beras saja susah. Kami hanya bisa pasrah," ujar Yohanes.

Ia mengaku kecewa karena anaknya tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah. Ia juga mengaku sedih karena selama ini ada orang yang datang ke rumahnya, mengambil foto Anok dan menjanjikan bantuan, tapi tak kunjung direalisasikan.

"Katanya akan ada bantuan tapi ternyata sampai detik ini tidak ada itu bantuan," ungkapnya.

Anok punya keinginan yang kuat untuk bisa sekolah. Selama ini dia belajar otodidak sehingga bisa membaca, menulis hingga menggambar. Yohanes mengaku kaget juga terharu saat mengetahui anaknya bisa membaca dan menulis.

"Kami kaget dan terharu pas dengar dia baca tulisan di hp dan kami liat dia tulis namanya di buku. Bahkan orang sekampung dan semua orang yang tahu soal ini juga heran dan kagum," ujar Yohanes.

Baca selengkapnya di halaman berikutnya.

Mahasiswa Galang Bantuan

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unika St. Paulus Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT pada Sabtu (10/12/2022) menggalang aksi solidaritas untuk Anok. Kurang lebih 25 mahasiswa turun ke jalan, menyebar ke beberapa lokasi setrategis di Kota Ruteng, menggalang bantuan dana untuk Anok.

"Yang menarik perhatian kami, sebelumnya adik Anok ini tidak pernah menempuh pendidikan namun ia bisa membaca dan menulis. Hal itu tentu sangat luar biasa untuk seorang Anok yang memiliki keterbatasan, namun memiliki kemampuan yang sama seperti anak-anak yang sudah duduk di bangku sekolah," ujar Ketua BEM Unika St. Paulus Ruteng, Clara Astuti Jaya.

Para mahasiswa ini berharap Anok bisa mendapat pengobatan maksimal sehingga bisa mewujudkan mimpinya untuk bisa sekolah. Selain penggalangan dana dari masyarakat Kota Ruteng, mereka juga menggalang bantuan dana dari mahasiswa di kampus.

"Keinginan adik Anok untuk bersekolah membangkitkan rasa peduli dalam diri kami untuk membantunya mewujudkan mimpinya dengan melakukan aksi penggalangan dana," ujar Astuti.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Anugerah Figur Akselerator Pembangunan - detikbali Awards 2025"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/dpra)

Hide Ads