Pura Agung Giri Segara, Satu-satunya Pura di Puncak Bukit Labuan Bajo

Nusa Tenggara Timur

Pura Agung Giri Segara, Satu-satunya Pura di Puncak Bukit Labuan Bajo

Ambrosius Ardin - detikBali
Minggu, 04 Des 2022 11:07 WIB
Pura Agung Giri Segara di Labuan Bajo. (Foto: Ambrosius Ardin/detikBali)
Pura Agung Giri Segara di Labuan Bajo. (Foto: Ambrosius Ardin/detikBali)
Manggarai Barat - Pura Agung Giri Segara berdiri kokoh di puncak bukit Tondong Ras, Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT. Dibangun pada 2002, pura ini menjadi satu-satunya rumah ibadah umat Hindu di Manggarai Barat.

Pada zaman kolonial, lokasi Pura Agung Giri Segara Labuan Bajo ini konon digunakan pejuang Manggarai untuk memantau kedatangan musuh dari arah Bima, NTB, yang datang melalui jalur laut. Seluruh kawasan perairan Labuan Bajo memang terlihat dari bukit ini.

"Menurut cerita orang tua, ini lokasi pemantaun musuh atau penjajah yang datang dari arah Bima," ungkap Pemangku Pura Agung Giri Segara Labuan Bajo I Wayan Merta. Ia orang kedua menjadi pemangku pura tersebut, sejak 2004.

Pura ini tak jauh dari hotel La Cecile. Untuk datang ke pura ini, umat Hindu akan menyusuri jalan yang sama ke hotel La Cecile. Lokasinya pun dekat dari Bandara Komodo, sekitar lima menit perjalanan dengan mobil.

Dari lokasi Pura ini bisa melihat pemandangan indah perairan Labuan Bajo dengan gugusan pulaunya yang seolah tumbuh dari tengah laut. Keberadaan kapal pinisi dan kapal wisata lainnya di perairan Labuan Bajo membuat pemandangannya kian memanjakan mata.

Wayan Merta mengatakan, lahan pura seluas 4.000 m2 itu dulunya tanah ulayat masyarakat adat setempat, yang dibeli tahun 1992. Proses pembelian lahan secara adat diurus umat Hindu di Labuan Bajo ketika itu, Made Tata.

Awalnya umat Hindu hanya 17 orang yang memanfaatkan pura ini. Kini, dimanfaatkan oleh hampir 150 umat Hindu di Manggarai Barat untuk sembahyang pada hari raya Galungan Kuningan, dan Nyepi. Umat Hindu di Manggarai Barat paling banyak bekerja sebagai anggota TNI dan Polri.

"Di luar hari raya itu, sebulan dua kali sembayahyang di Pura ini, saat purnama dan Tilem," kata Wayan Merta.

Pria yang juga Kepala Satuan Kepolisian Perairan dan Udara (Satpolairud) Polres Manggarai Barat ini mengatakan, wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo juga ada yang menyempatkan diri datang sembahyang di Pura tersebut. "Wisatawan sering datang sembahyang," ujarnya.

Di dekat Pura itu juga sudah dibangun pasraman. Para siswa belajar agama Hindu di pasraman tersebut. "Anak-anak belajar agama Hindunya di pasraman setiap hari Minggu," kata Wayan Merta.

Ia mengatakan, kendati umat Hindu minoritas di Manggarai Barat, aktivitas beribadah tidak mengalami tantangan. Toleransi dalam hidup beragama terjaga dengan baik di daerah tersebut. "Berhubungan baik dengan umat mayoritas di sini," ujarnya.


(iws/dpra)

Hide Ads