Warga yang ingin kebagian minyak tanah diminta membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP). Lantaran antrean mengular, situasi sempat memanas hingga beberapa warga marah-marah.
"Kita disuruh harus bawa bukti KTP baru bisa dapat jatah, kalau tidak bawa maka tidak dapat jatah. Kalian pikir kami ini warga asing?" kata salah seorang warga bernama Sinta Mina dengan nada tinggi.
Pantauan detikBali, warga Kupang telah memadati Lapangan Lasitarda sejak sekitar pukul 10.00 Wita. Warga juga masih antre hingga pukul 14.00 Wita. Bahkan, arus lalu lintas di ruas jalan ke arah Lapangan Lasitrada sempat macet.
Menurut Sinta, kali ini Kecamatan Kelapa Lima dapat jatah 10.000 liter atau dua mobil tangki ukuran 5.000 liter. Satu mobil tangki beroperasi di alun-alun Kelapa Lima, sementara satunya lagi di Lapangan Lasitarda.
Warga lainnya bernama Maria Boy justru mengeluhkan pelayanan petugas. Dia mengaku hampir tidak dilayani lantaran nama belakang atau marganya sama dengan kedua anaknya. Padahal, anak-anaknya itu sudah menikah dan berkeluarga.
"Saya punya anak banyak, tapi mereka sudah berkeluarga. Ini saya ambil untuk kebutuhan saya sendiri. Tapi pihak petugas bilang marga sama dan marah-marah, dorong-dorong saya baru kasih jatah minyak tanah 1 jeriken ukuran 5 liter," tuturnya.
Warga Enggan Beralih ke Gas Elpiji
Sebagai informasi, sebagian besar masyarakat di Kupang memang masih menggunakan minyak tanah. Banyak di antara warga yang enggan beralih ke gas elpiji. Warga mengaku tak mau menggunakan gas elpiji karena takut menimbulkan ledakan dan kebakaran.
"Kami nonton di televisi, ada kebakaran rumah-rumah di Jawa akibat ledakan gas elpiji. Mau bagaimanapun kami menolah pakai LPG," kata seorang warga.
Sebelumnya, antrean warga juga terjadi di salah satu pangkalan minyak tanah Pasar Oesapa, Kupang, Selasa (22/11/2022). Warga yang antre berjam-jam bahkan ada yang tidak kebagian karena stok yang sedikit.
"Ada yang hanya dapat isi satu jeriken saja. Ada yang sama sekali tidak dapat," ujar Rahmah, salah satu warga di Pasar Oespa, sembari menunjukan jeriken kosong, Selasa lalu.
Menurutnya, kelangkaan minyak tanah ini sangat menghambat aktivitasnya. Terlebih, dia sehari-hari jualan kue dan gorengan.
"Kalau tidak ada minyak tanah kita tidak bisa masak. Kita punya kehidupan hanya dari jualan kue. Sudah begini kita bisa susah," imbuhnya.
Tanggapan Pertamina
Manager Pertamina Rayon I NTT Muhammad Herdiansyah Putra menjelaskan kelangkaan minyak tanah di NTT diakibatkan oleh penurunan pasokan sebesar 2,02 persen atau 104.990 KL. Ini sesuai arahan dan kebijakan BPH Migas.
"Untuk jawaban lebih rinci bisa nanti dari tim humas kami di Surabaya," kata Herdiansyah singkat, Sabtu (26/11/2022).
Terpisah, Humas Pertamina Surabaya Mutiara Evy mengaku pihaknya sebagai operator hanya menjalankan tugas. Ia membantah minyak tanah langka lantaran distribusinya disesuaikan dengan kuota yang telah ditetapkan.
"Jadi bukan kelangkaan minyak tanah, pihak BPH Migas sudah melakukan peninjauan. Pihak Pertamina juga masih menunggu arahan lebih lanjut terkait kuota dari pihak BPH Migas," tandasnya.
(iws/dpra)