Duduk berjam-jam sambil menekuk kayu menggunakan kakinya sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan Azamudin (41). Hampir setiap hari, Azam sapaan warga asal Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, memukul pat (alat untuk memahat) menggunakan palu kayu membuat pahatan patung, asbak, tempat tisu, dan pahatan lainnya.
Azam bersama Zakir (37) adiknya, sudah menghasilkan banyak karya patung dan cukli (karang kilap di ukiran kayu) yang dipahat setiap hari di tepi lobi salah satu hotel di Senggigi, Lombok Barat. Mereka menjual hasil pahatan dari hotel ke hotel.
Dalam sehari Azam dan Zakir mampu memahat patung dan memasang cukli sebanyak dua sampai empat patung. Puluhan patung-patung yang dibuat Azam dan Zakir itu seringkali dibeli tamu-tamu hotel, baik lokal maupun mancanegara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehari itu bisa laku empat patung paling banyak. Itu kalau banyak tamu hotel ya. Kalau lagi ramai dapatlah jual lima sampai sepuluh patung," kata Azam kepada detikBali, Rabu (23/11/2022).
![]() |
Menurut Azam, semua pahatan patung dan cukli itu berasal dari kayu mahoni. Azam sengaja memilih kayu mahoni untuk mengukir patung dan cukli karena mudah dipahat. Ada pun beberapa model pahatan Azam dan Zakir itu dalam bentuk beragam.
"Ada asbak, patung tempat tisu, tempat buah, mainan kunci, gelas, piring dan banyak lagi," kata Azam.
Setelah melalui proses pahatan dengan membentuk sebuah patung, pahatan itu kemudian mulai dihaluskan menggunakan amplas. Setelah diamplas, semua patung dan ukiran lainnya diberikan warna kayu menggunakan plitur (cat kayu).
"Kalau sudah terbentuk terus diamplas, baru diberikan plitur. Kami juga sablon secara manual dengan memberikan warna yang mengkilap," terangnya.
Proses pembuatan satu pahatan patung atau asbak ini bisa menghabiskan waktu selama dua hari. "Kalau lagi banyak pesanan ya bisa sehari. Dikebut begitu," katanya.
![]() |
Dipasarkan Secara Online
Selain dijual dari hotel ke hotel, pahatan kayu berupa patung dan bentuk lainnya itu dipasarkan Azam dan Zakir melalui media sosial. Dalam sehari, Azam mampu menjual patung sebanyak minimal satu sampai dua patung.
"Harganya beragam. Kalau untuk tamu lokal kami berikan harga standar. Kalau yang beli tamu bule atau mancanegara itu kami jual dua kali lipat. Untuk patung kami jual Rp 125 ribu. Untuk bule kami jual Rp 300 ribu," kata bapak satu anak ini.
Azam juga bercerita dia sudah menjalani pekerjaan memahat patung dan cukli ini selama 20 tahun. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Azam dan Zakir bertumpu dari hasil pahat patung dan cukli.
Untuk karya cukli sendiri, Azam dan Zakir masih menggunakan metode manual. Pemasangan kulit karang berwarna putih di bagian sisi-sisi patung yang sudah dipahat. Pemasangan cukli untuk mempercantik penampilan patung yang sudah dipahat.
"Sebenarnya cukli ini bentuk hiasan di patung. Jadi pemasangannya memang untuk mempercantik tampilan pahatan dari kayu," kata Azam.
Selain memahat kayu menjadi sebuah karya seni, Azam dan Zakir juga mulai belajar memahat batu. Zakir mengaku memahat kayu dan batu menggunakan metode berbeda. Jika kayu dipahat secara manual menggunakan palu kayu dan pat. Patung batu dipahat Zakir itu menggunakan mesin gerinda.
"Jadi berbeda ya dengan patung kayu. Kalau patung batu itu agak sulit. Karena keras kan," kata Zakir.
Zakir pun menjual satu buah patung kayu seharga Rp 250 ribu. Biasanya patung batu yang dijual Zakir berupa miniatur mini menggunakan baru yang beragam, baik dari batu alam, laut, hingga batu gunung.
(irb/dpra)