Mahasiswa di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) menyebut Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Ketua DPR RI Puan Maharani tuli lantaran tidak mendengar keluhan masyarakat. Hal itu diungkapakan oleh salah satu orator dalam aksi penolakan kenaikan harga BBM di depan kantor DPRD NTB, Kamis siang (8/9/2022).
"Presiden tidak mendengar keluhan masyarakat. Presiden dan DPR tuli. Aksi di mana-mana, demo di mana-mana. Banyak aparat malah dihadapkan dengan mahasiswa," demikian seruan Hendriawan (21) dari Himawan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Mataram saat berorasi di hadapan ribuan massa aksi.
Hendri menyebut aksi yang dilakukan di berbagai daerah ini merupakan bentuk ketidakpuasan masyarakat atas kebijakan pemerintah pusat dan daerah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami minta presiden buka telinga buka mata. Dengarkan kami. Semua tuntutan kami seolah-olah hanya ungkapan manis tidak berarti semata," kata Hendri.
Sementara itu, Koordinator Lapangan IMM Julhaf menyayangkan aksi penolakan kenaikan harga BBM dikawal ketat oleh petugas keamanan. Padahal, kata dia, mahasiswa hanya ingin duduk dan berdiskusi bersama DPRD NTB.
"Hari ini kita melawan kezaliman yang diciptakan oleh pemerintah itu sendiri. Ini seperti kata Soekarno. Kita sedang melawan penjajah di negara kita sendiri. Seharusnya presiden mendengar kami," ungkap Julhaf.
Untuk diketahui, ribuan massa menggelar demo penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Nusa Tenggara Barat di Jalan Udayana Kota Mataram, Kamis (8/9/2022). Tiga orang pendemo sempat diamankan oleh petugas keamanan dari Polda NTB dan Polresta Mataram. Ketiganya adalah Ketua Cabang IMM, Widodo; Kordinator Umum IMM, Zulfikar; dan satu orang anggota IMM.
Pantauan detikBali, sejak pukul 11.23 Wita, sejumlah peserta aksi tampak berusaha memanjat pagar gedung DPRD NTB. Kericuhan pun tak terhindarkan.
"Yang satu orang belum kami ketahui identitasnya. Masih cari tahu inisialnya," kata Humas IMM Hamsatur Rahman, Kamis (8/9/2022).
Sementara itu, satu orang pendemo lainnya diamankan lantaran kedapatan membawa senjata tajam (sajam).
"Ini yang kita amankan satu orang lagi karena kedapatan membawa sajam. Kalau terbukti yang bersangkutan membawa sajam, kita terapkan undang-undang darurat," kata Kapolresta Mataram Kombes Pol Mustofa.
"Kita akan dalami. Kita akan periksa dulu," imbuhnya.
(iws/iws)